Sidrap, Katasulsel.com – Sidrap bikin geger saja ya. Di bawah nahkoda Bupati baru, H. Syaharuddin Alrif, daerah ini siap bikin lompatan besar: bakal produksi benih sendiri.

Ini bukan sekadar wacana loh. Direktur Jenderal Kementerian Pertanian sekaligus Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP), Prof. Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si, dan rombongan, sudah turun langsung ke Sidrap, Senin, 17 Maret 2025.

Bersama Tenaga Ahli Menteri Pertanian, Prof. Yusran Jusuf dan Prof. Abdul Haris Bahrun, rombongan ini disambut dengan tangan terbuka.

Mereka tak datang dengan tangan kosong, tapi membawa misi besar: menjadikan Sidrap sebagai pusat produksi benih unggul di Sulawesi, bahkan Indonesia Timur.

Kenapa Sidrap?

Banyak alasan. Diantaranya; Lahan luas, petani ulet, dan teknologi siap didorong.

Sidrap bukan hanya bisa tanam padi, tapi juga punya potensi besar untuk menerapkan Indeks Pertanaman 3 kali setahun (IP3).

Artinya? Panen lebih sering, produksi lebih gila-gilaan.

“Kalau bisa produksi benih sendiri, kenapa harus beli dari luar?” tantang Prof. Fadjry. Pernyataan ini seperti tamparan bagi daerah lain yang selama ini bergantung pada benih impor dari Jawa atau luar negeri.

Fakta mencengangkan: Sulawesi Selatan butuh benih untuk 660 ribu hektare sawah! Jika Sidrap bisa produksi sendiri, perputaran ekonomi bakal makin kencang.

Tak main-main, BSIP Kementan siap menggelontorkan benih induk untuk Sidrap. Bahkan, ada 315 varietas unggul baru yang siap diuji coba. Ini bukan sekadar eksperimen—ini revolusi pertanian!

Syaharuddin Alrif tak tinggal diam. Ia langsung pasang target: ekspansi lahan produktif dari 13 ribu menjadi 18 ribu hektare.

Ambisi besar? Tentu. Tapi, melihat rekam jejaknya, Syahar bukan tipe pemimpin yang hanya bicara tanpa aksi.

“Kami gas. Ini kesempatan besar buat Sidrap jadi raja benih di Indonesia Timur,” tegasnya.

Jika ini berhasil, bukan cuma petani Sidrap yang untung. Sulsel bisa mandiri benih, dan daerah lain di Indonesia harus mulai melirik Sidrap sebagai pusat distribusi benih unggul.

Lonceng perubahan sudah berbunyi. Tinggal satu pertanyaan: apakah Sidrap siap menjadi pionir, atau hanya jadi penonton di tengah gebrakan besar ini?

Waktu yang akan menjawab. (edybasri)