
Wajo, katasulsel.com — Sore yang teduh, halaman Kantor Polres Wajo berubah jadi pusat kehangatan, Jumat (21/3).
Bukan hanya karena bazar murah yang digelar, tapi juga karena semangat berbagi yang mengalir di sana.
Polres Wajo membawa pesan sederhana namun mendalam: kepedulian bukan sekadar wacana.
Tepung, minyak goreng, gula pasir. Barang-barang ini mungkin terdengar biasa.
Tapi di tangan Polres Wajo, mereka jadi simbol harapan.

Harga miring yang ditawarkan di Bazar Ramadhan Polri Presisi jadi angin segar bagi warga.
Di tengah tekanan ekonomi, langkah ini seperti oase di padang tandus.
Bukan hanya itu, Bakti Sosial Ramadhan Bhayangkari 2025 jadi pelengkap cerita indah hari itu. Bantuan sosial dibagikan langsung kepada mereka yang membutuhkan.
Ada senyum, ada haru. Seperti daun yang basah oleh embun pagi, hati para penerima terasa segar.
Kapolres Wajo, AKBP Muhammad Rosid Ridho, menyebut ini sebagai bagian dari Gerakan Pangan Murah.
Namun lebih dari itu, ini adalah cara Polri hadir di tengah masyarakat. Sebuah jembatan yang menghubungkan institusi dengan warga.
Ny. Anita Rosid Ridho, Ketua Bhayangkari Cabang Wajo, juga ikut turun tangan.
Bersama personel lainnya, ia memastikan bantuan sampai ke tangan yang tepat. Di sudut-sudut halaman, ada anak-anak yang tersenyum ceria.
Ada ibu-ibu yang saling berbagi cerita tentang harga murah. Semua terasa hangat.
Ramadhan memang selalu punya cara untuk menyatukan hati. Di Wajo, semangat itu terlihat jelas.
Dari satu zak beras hingga satu rak telur, semua punya makna lebih dalam bulan suci ini.
Dan ketika malam tiba, pesan Kapolres menggema di antara warga: mari jaga ketenangan dan kebersamaan hingga Idul Fitri tiba.
Sebab, Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tapi juga tentang menjaga hati dan menciptakan harmoni.
Wajo telah membuktikan bahwa kepedulian adalah bahasa universal yang bisa dimengerti semua orang.
Di tengah hiruk-pikuk dunia, ada tempat di mana kebaikan tetap hidup dan nyata.(*)
Tinggalkan Balasan