Example 650x100

Manado, katasulsel.com — Manado, kota yang akrab dengan laut birunya, kini berselimut nuansa Ramadhan.

Seperti bunga yang mekar di tepi pantai, gadis-gadis muslim di kota ini memancarkan pesona yang berbeda.

Tidak hanya soal kecantikan fisik, tapi juga aura ketulusan yang terpancar dari ibadah mereka di bulan suci ini.

Di salah satu sudut kota, tepatnya di Masjid Al-Falah, pemandangan penuh harmoni terlihat, setiap sore.

Gadis-gadis muda dengan hijab warna pastel berbaris rapi, menunggu giliran berbuka puasa. Senyuman mereka sederhana, tapi punya daya tarik yang sulit dijelaskan.

Example 300x500

Ada semacam kehangatan yang membuat siapa pun merasa nyaman.

Manado memang punya cara sendiri merayakan Ramadhan.

Di sini, bukan hanya soal ibadah, tapi juga tradisi yang membaur dengan budaya lokal. Salah satunya adalah “Ngopi Ramadhan”.

Jangan salah paham dulu, ini bukan soal minum kopi di siang hari.

Tradisi ini adalah momen berbuka puasa bersama sambil menikmati kopi khas Sulawesi Utara, seperti kopi Kotamobagu yang terkenal dengan aroma dan rasanya yang kuat.

Di kafe-kafe kecil sepanjang Jalan Sam Ratulangi, gadis-gadis muslim sering terlihat berbincang santai sambil menikmati kue khas Manado seperti panada dan klappertaart.
Mereka tak hanya berbagi cerita tentang keseharian, tapi juga saling menguatkan untuk tetap semangat menjalani puasa.

Gadis-gadis muslim Manado juga punya gaya tersendiri dalam berbusana. Hijab mereka tidak hanya menjadi simbol religiusitas, tapi juga ekspresi diri.

Kombinasi warna-warna cerah seperti kuning lemon, hijau mint, dan biru laut sering menghiasi penampilan mereka. Ada kesan modern, namun tetap santun.

Salah satu tren yang sedang naik daun di kalangan muslimah muda Manado adalah hijab dengan motif flora dan fauna khas Sulawesi Utara.

Motif ini tak hanya mempercantik penampilan, tapi juga menjadi bentuk kebanggaan terhadap budaya lokal.

Bulan Ramadhan juga menjadi momen bagi gadis-gadis muslim Manado untuk menunjukkan rasa peduli mereka terhadap sesama.

Di beberapa komunitas, mereka aktif mengadakan kegiatan sosial seperti pembagian takjil gratis dan donasi pakaian layak pakai.

Salah satu komunitas yang cukup terkenal adalah “Hijabers Manado Berbagi. Komunitas ini rutin mengadakan acara berbuka puasa bersama anak-anak yatim di panti asuhan.

“Ramadhan adalah waktu terbaik untuk berbagi,” ujar Aisyah, salah satu anggota komunitas tersebut, sambil tersenyum.

Ketika ditanya apa makna Ramadhan bagi mereka, jawaban yang muncul hampir seragam: kesempatan untuk menjadi lebih baik.

“Ramadhan itu seperti cermin,” kata Nabila, seorang mahasiswa yang aktif di organisasi kampusnya.

“Kita bisa melihat diri kita lebih jernih, memperbaiki apa yang kurang, dan belajar untuk lebih dekat dengan Allah.”

Pesona gadis-gadis muslim Manado di bulan suci ini memang bukan hanya soal penampilan luar.

Lebih dari itu, ada nilai-nilai yang mereka pegang teguh: ketulusan, kepedulian, dan semangat untuk terus memperbaiki diri.

Seperti bunga yang mekar di tepi laut, keberadaan mereka menambah keindahan kota Manado di bulan penuh berkah ini.

Tidak hanya menjadi inspirasi bagi sesama muslimah, tapi juga bagi siapa saja yang ingin merasakan hangatnya semangat Ramadhan di tanah Sulawesi Utara.(*)