“Jangan buru-buru menyimpulkan sebelum ada bukti yang kuat,” katanya tegas. “Ada kemungkinan besar ini bukan kecelakaan.”

Lebih dari itu, barang-barang pribadi Juwita seperti ponsel dan dompet juga lenyap dari tempat kejadian. Dugaan pembegalan pun mencuat.

Tapi apakah ini hanya pembegalan biasa? Atau ada sesuatu yang lebih gelap di baliknya?

Kasat Reskrim Polres Banjarbaru AKP Haris Wicaksono mengatakan penyelidikan masih terus berjalan. Namun, jawaban yang dinanti-nanti belum juga tiba. Sementara itu, rasa takut dan amarah perlahan merayap di kalangan jurnalis Banjarbaru.

[related berdasarkan="tag" jumlah="3" judul="Baca Juga:" mulaipos="0"]

“Jurnalis punya hak untuk bekerja tanpa takut kehilangan nyawa,” ujar Rendy lagi. Kata-katanya seperti tamparan keras yang menggema di udara malam Kota Banjarmasin.

Hari itu, langit mendung seolah ikut berkabung. Juwita mungkin telah pergi, tapi pertanyaan-pertanyaan tentang malam terakhirnya terus menggantung seperti awan gelap yang belum menemukan hujan.

Dan dalam diamnya ia kini berbaring—seorang jurnalis muda yang mimpi-mimpinya terputus di jalan sepi itu.

Entah karena nasib buruk atau tangan-tangan jahat manusia. Tapi satu hal pasti: malam itu, dunia kehilangan seorang pemberani.(*)