Sidrap, katasulsel.com — Kabupaten Sidrap jadi satu dari 161 titik yang ikut menyambut Panen Raya Serentak Nasional, Senin (7/4/2025).
Di bawah komando virtual Presiden Prabowo Subianto dari Majalengka, gema panen menggema hingga ke Kelurahan Bangkai, Kecamatan Watang Pulu—pusat produksi padi andalan Sidrap.
Momen ini bukan panen biasa. Ini tentang data, teknologi, dan keberpihakan nyata terhadap petani.
Bupati Sidrap H. Syaharuddin Alrif memimpin langsung panen lokal didampingi jajaran penting: Wakil Bupati Nurkanaah, Ketua DPRD H. Takyuddin Masse, Dandim 1420 Letkol Awaloeddin, Kapolres AKBP Dr. Fantry Taherong, dan Dewan Perum Bulog Letjend (Purn) Andi Geerham Lantara.
Dengan hasil ubinan yang dikelola BPS menunjukkan angka 7,4 ton per hektare, Syaharuddin membeberkan lonjakan produktivitas berkat teknologi pompanisasi modern.
“Dulu hanya 5 ton. Sekarang bisa 7 sampai 10 ton. Ini sawah tadah hujan, tapi kami modifikasi dengan bor sumur dalam,” jelasnya.
Tak hanya produktivitas, nilai ekonomi petani pun ikut naik. Dengan harga Rp6.700 per kg, panen satu hektare bisa mendatangkan Rp49 juta. Setelah dikurangi biaya produksi, petani pemilik lahan bisa mengantongi hingga Rp10,5 juta.
Sementara petani penggarap, rata-rata menerima Rp4,9 juta per hektare. “Kami pastikan tidak ada potongan yang merugikan petani. Potongan boleh, asal normal,” tegas Syaharuddin.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman ikut menyampaikan kabar baik: harga gabah nasional naik, distribusi pupuk disederhanakan, dan produksi padi nasional tumbuh 52% awal tahun ini.
“Dulu serapan Bulog cuma 35 ribu ton, sekarang sudah 800 ribu ton. Lompatan 2.000 persen,” ungkapnya.
Gudang Bulog kini menampung 2,4 juta ton beras. Dan menurut Amran, angka itu bisa tembus 3 juta ton bulan ini—rekor tertinggi dalam 10–20 tahun terakhir.
Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, menambahkan, panen di musim Lebaran lalu membuat petani di Sulsel banjir cuan hingga Rp100 juta.
Pengecer pupuk kini justru mengejar petani, bukan sebaliknya. “Kami harap irigasi jadi perhatian. Dengan Rp100 miliar, kita bisa buka 11 ribu hektare lahan—lebih efisien daripada bendungan,” ujarnya.
Sidrap hari ini membuktikan bahwa pertanian bukan sektor kelas dua. Di tangan yang tepat, dengan data presisi, teknologi tepat guna, dan keberpihakan konkret, sawah bisa jadi panggung kejayaan ekonomi rakyat.
Presiden Prabowo mungkin berada di Majalengka. Tapi di Sidrap, semangatnya terasa: panen bukan hanya simbol keberhasilan tanam, tapi juga panen harapan.(edy)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan