
Narasi Besar: Pangan Sebagai Isu Geopolitik
Apa yang terjadi di Sidrap bukan hanya soal panen. Tapi soal positioning. Di tengah ancaman krisis pangan global, Sidrap sedang membangun narasi: bahwa desa bisa mandiri, bahwa pangan bisa jadi senjata strategis.
Dalam geopolitik modern, padi bukan sekadar komoditas. Ia adalah simbol kedaulatan. Dan Sidrap memilih berdiri di baris terdepan.
Presiden memang tak datang. Tapi Sidrap tak perlu itu untuk menunjukkan jati diri. Karena yang mereka bangun adalah kepercayaan rakyat, bukan sekadar pencitraan elite.
Dari Ladang ke Legitimasi
Kehadiran Polres di jalur pertanian adalah bentuk baru legitimasi negara. Bukan karena kekuasaan. Tapi karena kehadiran fungsional.
Fantry tak datang saat panen saja. Ia hadir sejak awal. Saat benih dibagikan. Saat petani keluhkan lahan bersengketa. Saat subsidi pupuk ditahan.

Ini adalah bentuk state embeddedness yang sesungguhnya. Ketika negara hadir lewat orang-orang yang bekerja, bukan lewat baliho.
Sidrap: Prototipe Pertanian Resilien
Hari ini, Sidrap mulai dilirik. Tapi bukan karena seremoni. Melainkan karena hasil.
Indeks pertanaman naik. Produksi melonjak. Konflik agraria menurun. Dan rasa percaya antara rakyat dan negara—itu yang paling mahal—menguat.
Bukan mustahil, dalam beberapa tahun, model Sidrap ini akan diadopsi nasional. Karena yang mereka tanam bukan hanya padi. Tapi sistem. Yang mereka panen bukan hanya gabah. Tapi peradaban.
Dan di ujung pematang itu, kita lihat seorang polisi. Tidak sedang memburu kriminal. Tapi sedang menjaga masa depan pangan kita (edybasri)
Tinggalkan Balasan