Example 650x100

Wakatobi, katasulsel.com – Di tengah sorotan daerah tambang dan industri berat, Wakatobi menempati posisi paling bawah dalam daftar PDRB ADHB per kapita di Sulawesi Tenggara tahun 2024. Angkanya “hanya” Rp51,92 juta/kapita/tahun.

Posisi ke-10 dari 10 kabupaten/kota tertinggi. Tapi jangan buru-buru mencap Wakatobi sebagai tertinggal. Karena dalam ilmu ekonomi pembangunan, rendahnya PDRB tak selalu berarti minim potensi.

Ekonomi Wisata, Bukan Industri Berat

Struktur ekonomi Wakatobi berbeda. Ia bertumpu pada sektor pariwisata bahari, bukan industri ekstraktif. Ini disebut sebagai ekonomi berbasis kelestarian (sustainable-based economy). Fokusnya bukan pada nilai produksi besar, tapi pada daya tahan dan dampak jangka panjang.

“PDRB rendah bukan berarti gagal. Bisa jadi itu cerminan dari ekonomi yang memilih jalur lestari, bukan ekspansif,” ujar analis pariwisata dan lingkungan, dalam sebuah diskusi daring.

Berikut 10 Besar PDRB Per Kapita Sultra 2024:

  1. Kolaka – Rp153,41 juta
  2. Kolaka Utara – Rp82,7 juta
  3. Kota Kendari – Rp80,97 juta
  4. Konawe Utara – Rp77,3 juta
  5. Konawe – Rp75,7 juta
  6. Kota Bau-Bau – Rp72,42 juta
  7. Buton Utara – Rp61,24 juta
  8. Bombana – Rp56,99 juta
  9. Konawe Selatan – Rp53,95 juta
  10. Wakatobi – Rp51,92 juta

Tantangan: Rendahnya Daya Beli dan Akses Ekonomi

Rendahnya PDRB ini bisa menjadi refleksi dari terbatasnya aktivitas ekonomi skala besar. Purchasing Power Parity (PPP) atau daya beli warga kemungkinan ikut terdampak. Akses terhadap pasar, logistik, dan infrastruktur masih jadi kendala utama.

Example 970x970

Namun di sisi lain, Wakatobi menyimpan ecological capital yang tak ternilai. Kawasan Taman Nasional Wakatobi adalah pusat biodiversitas laut dunia. Jika dikembangkan secara berkelanjutan, potensi ekonomi biru (blue economy) di sini bisa jadi kekuatan masa depan.

Strategi? Transformasi Ekonomi Lestari

Pemerintah daerah Wakatobi perlu fokus pada:

  • Ekowisata berbasis komunitas
  • Pengembangan SDM lokal dalam hospitality dan digital marketing
  • Infrastruktur ramah lingkungan
  • Kebijakan fiskal pro-pelestarian

Dengan pendekatan itu, Wakatobi bisa bangkit. Bukan lewat tambang, tapi lewat laut, budaya, dan ekologi.

Wakatobi bukan tentang angka besar. Tapi tentang masa depan yang tetap hijau dan biru.