Example 650x100

Enrekang, Katasulsel.com – Pagi itu, Jumat 11 April 2025. Lapangan Mapolres Enrekang sunyi. Lalu riuh. Tradisi dimulai.

AKBP Hari Budiyanto resmi menggantikan AKBP Dedi Surya Dharma sebagai Kapolres Enrekang. Acara penyambutan berlangsung penuh khidmat. Simbolik. Sarat makna.

Tarian Paduppa, khas Sulsel, membuka gerbang penyambutan. Disusul pengalungan sarung sabbe. Lambang kehormatan dan penerimaan tulus.

Sementara itu, Pedang Pora membentang. Tradisi militer yang dikenal sebagai simbol transisi komando. Penuh nuansa simbolik hierarchical transition.

AKBP Dedi Pamit Penuh Haru

Example 970x970

Pejabat lama, AKBP Dedi, pamit setelah 2 tahun 3 bulan memimpin. Ia kini resmi bertugas di Polres Palopo, Polda Sulsel.

Dalam sambutannya, Dedi menyinggung kerja kolektif. Sinergi antar institusi. Peran media. Dan pentingnya stabilitas kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat).

“Saya percaya, Pak Hari akan lanjutkan program yang sudah berjalan. Bahkan akan lebih baik,” ucapnya optimis.

AKBP Hari Siap Menyambung Tugas

Kapolres baru, AKBP Hari Budiyanto, datang dengan latar belakang kuat. Eks Kanit 2 Subdit 3 Direktorat Tipidter Bareskrim Polri. Berpengalaman. Tegas namun komunikatif.

“Terima kasih atas sambutan hangat. Kami siap bekerja sama menjaga Enrekang tetap aman dan damai,” ujar Hari, singkat namun tegas.

Ia mengajak personel, media, dan masyarakat untuk terus membangun kemitraan. Collaborative policing, istilahnya dalam studi kriminologi modern.

Tradisi, Loyalitas, dan Hormat

Upacara pisah sambut ditutup dengan seremoni pelepasan pejabat lama. Tradisi simbolik, namun emosional. Ada jejak loyalitas. Ada makna pengabdian.

Kasi Humas Polres Enrekang, Iptu Agung Yulianto, menyebut kegiatan ini bagian dari budaya organisasi yang kuat. “Tradisi ini bukan formalitas. Ini bentuk penghormatan institusi kepada pemimpin yang telah mengabdi,” tutupnya. (*)