Example 650x100

KATASULSEL.COM – Novi gak lagi muncul dengan topengnya. Mantan vokalis Sukatani itu kini tampil lepas. Lebih jujur. Lebih terbuka. Tapi bukan berarti kehilangan daya dobraknya. Justru, Novi makin liar, makin lantang.

Bersama Kolektif AMPSKP, Novi hadir dengan warna baru. Lebih ekspresif, tapi juga lebih menggigit. Tangan dan lengannya mengayun mengikuti musik balada yang dimainkan rekan-rekannya. Beberapa penampilan mereka kini bisa ditonton di kanal YouTube Support Local. Background-nya: alam. Lanskap hijau. Pegunungan yang jauh dari bising kota. Tapi suara mereka justru menggema lebih keras dari hiruk-pikuk metropolitan.

Salah satu lagu mereka, Proyek Sialan, langsung menghantam. Sebuah kritik sosial-ekologis yang dibungkus dalam nada lembut, tapi dengan lirik tajam dan penuh kemarahan. Lagu ini menyuarakan keresahan akan proyek-proyek pembangunan yang dinilai melanggar prinsip keberlanjutan. Dalam istilah ilmiah, tema yang diangkat Novi bisa disebut sebagai bentuk ekofeminisme—sebuah pandangan yang menempatkan kerusakan lingkungan dan ketimpangan sosial dalam satu ruang analisis. Di lagu itu, Novi menggambarkan kerusakan lingkungan sebagai hasil dari keserakahan. Anak-anak tak bisa lagi bermain. Ikan-ikan mati. Babi hutan turun ke ladang warga. Ekosistem kolaps. Konflik ekologis tak terhindarkan.

Gak berhenti di situ. Lagu Renung membawa pendengarnya menatap masa depan yang gelap. Lagu itu menggugah pertanyaan moral: “Akankah demi uang, masa depan kehidupan kita korbankan?” Sebuah pertanyaan yang berlapis, bukan hanya soal lingkungan, tapi juga tentang kesadaran kolektif. Lagu ini bisa dimaknai sebagai bentuk ekokritik musikal, di mana musik dipakai sebagai alat refleksi terhadap rusaknya relasi antara manusia dan alam.

Meski secara teknis kualitas audio mereka terdengar sederhana, bahkan terkesan seadanya, kekuatan sebenarnya ada pada pesan yang dibawa. Ini yang disebut low-fi revolution. Musik dengan kualitas minimal, tapi pesan maksimal. Bentuk perlawanan yang justru makin keras karena tampil apa adanya.

Example 970x970

Novi, yang dulu dikenal dengan nama panggung Twister Angel saat masih bersama Sukatani, sempat menjadi perhatian besar di dunia musik punk lokal. Tapi ketenaran itu membawa badai. Lagu Bayar Bayar Bayar memicu kontroversi. Novi dan sang gitaris, Muhammad Syifa Al Lutfi alias Alectroguy, akhirnya tampil di media sosial dan meminta maaf. Tapi setelah itu, masalah baru datang. Novi dipecat dari sekolah tempatnya mengajar. Pemecatan itu dilakukan tanpa pembelaan. Tanpa klarifikasi. Sukatani menyebut itu sebagai pembungkaman. Sebuah bentuk pembredelan kreatif yang halus tapi menyakitkan.

Kini Novi memilih jalan baru. Jalan yang lebih merdeka. Lewat Kolektif AMPSKP, ia tetap bernyanyi. Tapi juga berkabar. Bernarasi. Bersuara untuk yang tak bisa bersuara. Suaranya bukan sekadar lantang, tapi juga menyimpan daya ledak. Sebuah perlawanan yang disampaikan lewat harmoni, bukan senjata.

Dari guru, jadi vokalis. Dari topeng, ke wajah asli. Dari Sukatani, ke pegunungan sunyi. Tapi Novi tetap Novi: penyintas, penantang, dan penggugah nurani (awis/*)