
Bone, Katasulsel.com — Sebuah peristiwa memilukan terjadi di perairan Sungai Walannae, tepatnya di titik perbatasan antara Desa Padaelo, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone dengan Desa BaraE, Kabupaten Soppeng, pada Sabtu (12/4/2025) sore.
Suasana yang semula tenang berubah mencekam ketika seorang pemuda bernama Muh Risal, warga Desa Pajalesang, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng, dilaporkan hilang setelah melompat ke sungai demi mengambil kembali alat pertaniannya yang tertinggal.
Peristiwa nahas ini terjadi sekitar pukul 17.30 WITA. Menurut informasi yang dihimpun dari saksi dan warga sekitar, Muh Risal yang berusia 21 tahun saat itu sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya, menyeberangi Sungai Walannae menggunakan rakit sederhana bersama istrinya.
Rakit itu menjadi moda transportasi satu-satunya bagi sebagian warga setempat untuk melintasi sungai tersebut, terlebih saat kondisi jembatan tidak memungkinkan atau terlalu jauh untuk dijangkau.
Namun, di tengah perjalanan menyeberang, Muh Risal tiba-tiba teringat bahwa ia telah meninggalkan alat pertaniannya di lokasi tempat mereka sebelumnya beraktivitas.

Tanpa pikir panjang, dan dengan keyakinan yang barangkali diselimuti rasa tanggung jawab atas perlengkapan kerja tersebut, ia memutuskan melompat dari rakit, berenang melawan arus untuk kembali ke titik awal.
Namun niat baik tak selalu berjalan selaras dengan keadaan. Sungai Walannae yang saat itu sedang mengalami peningkatan debit air akibat hujan beberapa hari terakhir, ternyata memiliki arus yang sangat kuat. Dalam sekejap, tubuh Muh Risal terlihat terseret arus deras dan akhirnya menghilang dari permukaan air. Jeritan istrinya mengudara, menjadi saksi pertama dari tragedi yang menyesakkan dada itu.
Berita hilangnya Muh Risal langsung menyebar dengan cepat di tengah masyarakat setempat.
Tak butuh waktu lama, laporan resmi segera diteruskan kepada aparat desa dan pihak terkait, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Soppeng. Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD pun segera dikerahkan ke lokasi kejadian begitu menerima informasi.
Dengan mengerahkan sejumlah personel terlatih, perahu karet, pelampung, tali pencarian, dan alat navigasi lapangan, pencarian dimulai dengan metode penyisiran aliran sungai, khususnya di area hilir yang diduga menjadi titik korban terbawa arus.
Operasi ini tidak hanya dilakukan oleh BPBD, melainkan juga melibatkan Tim SAR gabungan dari Basarnas, aparat keamanan dari Polsek dan Koramil setempat, serta puluhan warga sekitar yang ikut tergerak hatinya untuk membantu menemukan sang korban.
Kondisi geografis sungai yang lebar, dalam, dan dikelilingi semak-semak liar menjadi tantangan tersendiri bagi para tim penyelamat. Selain itu, cuaca yang tak menentu dan potensi arus pusaran di beberapa titik turut memperlambat proses pencarian.
Hingga berita ini diturunkan, Muh Risal belum berhasil ditemukan. Tim SAR masih terus melakukan penyisiran, baik secara manual maupun menggunakan peralatan sonar untuk mendeteksi keberadaan tubuh korban di dasar sungai.
Pencarian juga dilakukan dari darat, dengan menelusuri bibir sungai sejauh beberapa kilometer dari titik awal kejadian.
Sementara itu, suasana duka menyelimuti keluarga korban di Desa Pajalesang. Sang istri yang turut menyaksikan detik-detik suaminya hilang ditelan arus, masih dalam kondisi trauma dan terus didampingi oleh warga serta aparat desa.
Beberapa kerabat tampak mendatangi lokasi untuk menyampaikan dukungan dan doa, berharap ada keajaiban di tengah situasi yang memilukan tersebut.
Pihak aparat juga turut mengimbau kepada seluruh warga, terutama yang tinggal di sekitar aliran Sungai Walannae, untuk senantiasa berhati-hati saat melakukan aktivitas di sekitar sungai, khususnya pada musim penghujan yang rawan meningkatkan debit air dan memperkuat arus.
Pemerintah daerah melalui BPBD setempat pun berjanji akan terus mengawal proses pencarian hingga korban ditemukan.
Insiden ini kembali menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa keselamatan adalah hal yang utama dalam setiap aktivitas, terutama di wilayah yang memiliki potensi risiko tinggi seperti perairan sungai besar.
Dalam kasus ini, keberanian seorang pemuda untuk kembali demi alat kerjanya justru berbalik menjadi petaka yang mengoyak rasa kemanusiaan dan menyisakan duka mendalam.
Upaya pencarian akan terus dilakukan secara intensif selama beberapa hari ke depan, sesuai dengan standar prosedur operasi pencarian korban tenggelam yang berlaku.
Jika dalam waktu tertentu korban belum ditemukan, pencarian bisa diperluas ke wilayah hilir yang lebih jauh atau dilakukan pencarian dengan metode penyelaman oleh tim khusus.
Publik kini menanti kabar baik. Harapan masih ada. Sungai Walannae masih dijaga, oleh doa-doa yang mengalir bersama derasnya arus.(*)
Tinggalkan Balasan