
Idrus Marham. Nama yang tak asing. Tokoh nasional. Putra asli Pinrang, Sulawesi Selatan.
Laporan: Edy Basri
DI BALIK gelar dan jabatan, ia tetap sosok sederhana yang saya kenal. Tetap menyapa anak-anak kampung dengan penuh cinta.
Bang Idrus Marham – begitu saya memanggilnya, adalah salah satu tokoh nasional yang namanya tak asing di telinga
Sosok yang pernah menjabat sebagai anggota DPR RI, Menteri Sosial, dan berbagai posisi penting lainnya.

Namun, di balik kebesaran namanya, ada satu hal yang selalu ia jaga: kesederhanaan. Sebagai putra asli Pinrang, Sulawesi Selatan, Idrus tak pernah melupakan akar dan kampung halamannya, meski sudah mengukir prestasi di tingkat nasional.
Terakhir kali saya bertemu dengan Bang Idrus di Jakarta, sekitar 20 tahun yang lalu, saat itu beliau masih memegang beberapa jabatan penting.
Momen itu begitu membekas dalam ingatan saya, terutama karena kepribadiannya yang sangat dekat dengan rakyat.
Saya dan beberapa teman mahasiswa asal Sulsel waktu itu bertemu Bang Idrus di Gedung DPR RI. Kebetulan saya yang pimpin untuk sebuah hajatan besar kemahasiswaan di ibu kota.
Saya masih ingat betul, meski status saya saat itu masih sebagai mahasiswa, perbincangan kami terasa sangat bermakna.
Diskusi kami bukan hanya sekadar soal politik, tapi lebih banyak tentang bagaimana pemuda Sulsel bisa berperan lebih dalam membangun daerah dan negara.
“Beliau (Bang Idrus, red) begitu terbuka dan mendengarkan kami dengan penuh perhatian,” kenang Edy.
Setelah pertemuan yang cukup intens itu, Bang Idrus mengajak kami makan siang. Namun, bukan di restoran mewah seperti yang biasanya kita bayangkan untuk seorang pejabat negara.
Kami makan di sebuah restoran biasa tapi letaknya di bawah tanah, “kalau tidak salah ingat, tempatnya di depan Mabes Polri. Turunnya lewat tangga mall.”
Ya, tempatnya sederhana, tapi justru di situlah saya merasa kedekatan yang tak terduga. Suasana santai itu memberi saya kesempatan untuk berbincang lebih dekat, mengenal sosoknya yang lebih manusiawi di luar rutinitas politik yang sibuk.
Momen makan siang itu bukan hanya soal perut yang terisi. Lebih dari itu, kami merasa mendapatkan pelajaran hidup yang sangat berharga.
Lanjut Baca…
Tinggalkan Balasan