(OPINI) KUHP Baru, Ketika Pena Tak Lagi Tajam

Jika kritik adalah bagian dari cinta, maka pers adalah bentuk kasih sayang terdalam pada republik ini.

Mungkin kita harus merenungi kata-kata Sayyid Qutb, seorang pemikir Islam dan martir kebebasan di Mesir, yang pernah menulis: “Kebenaran itu tidak akan menang kecuali bila ada orang-orang yang siap menanggung derita untuk memperjuangkannya.”

Bagian tersebut menyiratkan bahwa diam dalam ketidakadilan bukan hanya sikap netral, tetapi juga pengkhianatan terhadap prinsip Islam tentang amar ma’ruf nahi munkar.

Dan kini, kita tak bisa hanya netral.

KUHP baru memang sudah disahkan dan tahun depan mungkin sudah mulai berlaku. Namun, jalan reformasi tak pernah benar-benar selesai.

Kini tugas kita (Jurnalis) bukanlah sekadar melaporkan, tapi juga menjaga—agar pena tetap tajam, agar suara rakyat yang dipercayakan tak pernah diredam. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup