Kategori
Hiburan

Dari Hijau hingga Tosca, Nasywah Pilih Berbeda di Panggung AMKM Sidrap

Sidrap, katasulsel.com – Sabtu pagi yang cerah di Amparita; di sebuah rumah sederhana, suasana sudah mulai sibuk sejak pagi.

Di dalam kamar, Nasywah Awaliyah—finalis kategori Cilik B ajang AMKM Sidrap 2025—sedang bersiap.

Ia duduk di depan cermin, rambutnya sudah ditata rapi, Baju Tokko miliknya masih tergantung manis di balik pintu; belum dikenakan, tapi auranya sudah terasa.

“Bismillah, siap tampil malam ini,” bisik Nasywah pelan; mungkin ke dirinya sendiri, mungkin ke semesta.

Ibunya, Herlina Syam, mondar-mandir dari dapur ke kamar. Sesekali mengecek riasan, sesekali mengecek perlengkapan.

Tak ada make-up artist profesional, tak ada lighting mewah—tapi cinta dan niat baik cukup bikin suasana rumah hangat, bahkan berwibawa.

Ayahnya, Muh Yusuf, tampak lebih tenang. Duduk di ruang tengah, memantau dari jauh; sesekali tersenyum melihat putrinya sibuk dengan persiapan.

“Yang penting yakin, Nak. Bukan soal menang atau kalah,” katanya sambil menyisipkan teh manis ke dalam gelas kecil.

Di atas meja, sudah tertata rapi busana adat lengkap: Baju Tokko, Lipa’ Sabbe, dan aksesori khas Bugis lainnya.

Warna-warnanya menyala: hijau yang segar, merah bella yang berani, dan sentuhan tosca yang kalem tapi kuat.

Kombinasi warna ini bukan sekadar pilihan estetik; ia mewakili filosofi hidup masyarakat Bugis—dan malam ini, Nasywah akan membawakannya di depan publik Sidrap.

“Latihan jalan udah, hafalan filosofi juga aman,” kata Nasywah, sambil nyengir kecil.

Anak ini memang ringan diajak ngobrol; tapi serius kalau sudah bicara soal budaya. Ia tahu, malam ini bukan cuma soal tampil cantik, tapi juga soal membawa cerita tentang siapa dirinya dan dari mana ia berasal.

Pelatihnya, Kak Findy Nurul Azzahra, juga sempat mengirim pesan pagi itu.

“Semangat ya, Na. Jangan lupa sarapan. Inget caramu buka langkah, inget caramu senyum.”
Nasywah membalas dengan stiker hati dan emoji semangat.

Di luar rumah, beberapa tetangga mulai mampir. Ada yang bantu angkat perlengkapan, ada yang sekadar kasih semangat.

“Wih, calon juara ini!” teriak salah satu dari mereka sambil ketawa.

Mobil jemputan akan datang beberapa jam lagi. Tapi di rumah Nasywah, suasana sudah seperti mau berangkat umrah: penuh persiapan, penuh doa, dan penuh harapan.

Karena malam ini bukan sekadar tampil di panggung. Malam ini, Nasywah akan menulis sejarah kecil dalam hidupnya; membawa budaya Bugis ke depan cahaya, dari rumah kecil di Amparita, menuju Panggung Seni Taman Kuliner Panker Pangkajene, Sidrap.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *