Dua Dekade Eksis, Siswa di Sidrap Ini Masih Melantai Belajar,: “Berkenan Pak Bupati Berkunjung..”

Dua Dekade Eksis, Siswa di Sidrap Ini Masih Melantai Belajar,: "Berkenan Pak Bupati Berkunjung.."

Sidrap, Katasulsel.com β€” Di sudut Desa Teppo, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidrap, berdiri sebuah sekolah menengah pertama yang menyimpan kisah panjang perjuangan dalam sunyi. Namanya SMP Al Irsyad. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1999, namun hingga hari ini, gedung dan fasilitasnya belum sekalipun disentuh oleh tangan pembangunan dari pemerintah.

Tak ada gerbang megah. Tak ada papan nama yang menonjol. Bahkan, dulu, kata Kepala Sekolah Umar Tahir, orang yang melintas pun tak menyangka di balik semak dan pagar seadanya itu ada sebuah institusi pendidikan yang mengajarkan ratusan anak menulis masa depan mereka.

“Kalau kita lewat di depan, tidak ada tanda-tanda itu sekolah. Alhamdulillah, sejak saya ditugaskan 18 Februari 2021, saya coba ubah pelan-pelan. Kita bangun gerbang, kita pasang papan nama, supaya orang tahu: ini sekolah,” ujar Umar, Selasa, 6 Mei 2025.

Tapi persoalan SMP Al Irsyad bukan sekadar soal papan nama. Para siswanya β€” sebanyak 135 orang yang terdiri dari 53 laki-laki dan 82 perempuan β€” menjalani proses belajar sambil melantai. Meja belajar? Bukan seperti bangku sekolah kebanyakan, melainkan papan kecil berukuran 60 cm x 20 cm, tinggi 20 cm. Lantainya? Semen polos, tanpa alas karpet apalagi ubin.

“Ruang kelas kami juga jadi tempat pondokan siswa. Tidak ada perpustakaan yang layak, peralatan praktik pun sangat terbatas. Bahkan bisa dibilang tidak ada,” lanjut Umar dengan suara pelan tapi sarat harap Bupati Sidrap H.Syaharuddin Alrif sesekali berkunjung.

Yang lebih memilukan, belum pernah sekalipun SMP Al Irsyad menerima bantuan infrastruktur maupun sarana prasarana dari pemerintah, meski telah eksis lebih dari dua dekade. Guru-gurunya β€” 22 orang, hanya 3 di antaranya PNS, sisanya adalah tenaga sosial β€” tetap setia membina, dalam segala keterbatasan.

Namun di balik segala kekurangan itu, SMP Al Irsyad tetap menjadi rumah bagi anak-anak yang ingin menjadi santri, para penghafal Al-Qur’an. Ia berdiri bukan hanya sebagai sekolah, tapi juga sebagai penjaga moral dan nilai-nilai keislaman di pedalaman Sidrap.

“Kami percaya, di bawah kepemimpinan Bapak Bupati H. Syahruddin Alrif dan Ibu Wakil Bupati Nurkanaah, dunia pendidikan di Sidrap akan lebih maju. Tapi harapan itu harus sampai ke sekolah kami. Anak-anak kami juga punya hak untuk belajar dengan layak,” kata Umar, penuh keyakinan.

banner 300x600

Pemerintah kerap gembar-gembor soal pendidikan merata, peningkatan mutu, sekolah digital, bahkan smart school. Tapi di tengah semua ambisi itu, SMP Al Irsyad menjadi potret kontras β€” sekolah tanpa meja, tanpa perpustakaan, tanpa fasilitas, tapi tetap hidup karena semangat yang tak padam.

Kini, suara Umar Tahir mewakili jeritan diam dari desa. Bukan meminta belas kasihan, tapi menagih perhatian. Agar sekolah di pelosok tak terus menjadi anak tiri dalam pembangunan. Sebab seperti kata pepatah bijak: pendidikan yang hebat tidak hanya dibangun di kota-kota besar, tetapi juga dari sekolah-sekolah kecil yang diberi kesempatan untuk tumbuh. (ed/sal)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup