Lejja, Spa Geotermal Alami di Tengah Hutan Tropis Soppeng
Di kaki pegunungan karst Soppeng, tersembunyi sebuah lanskap tropis yang tak hanya indah, tapi juga terapeutik: Taman Wisata Alam (TWA) Lejja namanya.
Oleh: Edy Basri – Soppeng
DI SINI, lebih dari sekadar pemandian air panas, Lejja kini dikategorikan sebagai wellness-based destination.
Sumber airnya berasal dari rekahan geotermal aktif. Kandungan sulfur alaminya tinggi. Suhu stabil. Cocok untuk meredakan ketegangan otot dan membantu detoksifikasi ringan. Ini adalah balneotherapy alami yang sulit ditemukan di tempat lain.
“Lejja bukan cuma tempat berendam, tapi ruang untuk menyembuhkan tubuh dan pikiran,” ujar Harianti, seorang pengunjung asal Makassar yang telah lima kali kembali.
Autentik dan Edukatif
Lejja bukan wisata artifisial. Lanskapnya masih alami. Kabut uap membentuk siluet di pagi hari. Hutan tropis mengelilingi seluruh kawasan. Elemen-elemen ini menciptakan pengalaman sensorial immersion yang jarang ditemui. Bahkan mungkin di seluruh objek wisata di Indonesia sekalipun.
Untuk generasi muda, zona foto tetap tersedia. Namun lebih dari itu, Lejja menyisipkan nilai edukasi melalui interpretive signage yang menjelaskan geologi, biodiversitas, dan pentingnya konservasi.
Kepuasan Tinggi, Pengunjung Loyal
Survei terakhir mencatat tingkat kepuasan pengunjung berada pada kategori sangat memuaskan. Wisatawan tak hanya datang. Mereka kembali. Dan membawa orang lain. Ini disebut repeat visitation behavior—indikator penting dalam ekowisata berkelanjutan.

Faktor utamanya? Kebersihan, keramahan layanan, dan suasana yang tak dikomersialisasi berlebihan. Lejja menjaga destination authenticity, nilai yang kini langka di era wisata massal.
Fasilitas Meningkat, Akses Tetap Terjangkau
Fasilitas terus bertambah. Kolam berlapis batu alam. Gazebo menyatu dengan lingkungan. Jalur trekking ringan membelah hutan. Dan pusat interpretasi berdiri tenang sebagai tempat belajar dan refleksi.
Tersedia juga paket terpadu yang merangkum relaksasi, edukasi, dan eksplorasi dalam satu rangkaian. Pendekatan ini disebut bundling package tourism—strategi efektif untuk memperpanjang length of stay dan meningkatkan kontribusi ekonomi lokal.
Simbol Wisata Hijau Sulsel
Lejja kini menjadi simpul antara konservasi, rekreasi, dan edukasi. Jika dikelola konsisten, kawasan ini berpeluang menjadi ikon wisata panas bumi di Indonesia Timur.
“Lejja akan tetap hijau dan alami. Tapi kami akan terus berinovasi,” ujar Muhammad Jufri, Direktur Utama PT Lamataesso Mattappaa, pengelola kawasan.
Model pengelolaan Lejja mengikuti prinsip sustainable tourism—menjaga daya dukung lingkungan sambil memberdayakan komunitas lokal. Strategi kecil, berdampak besar.
Lejja bukan destinasi cepat saji. Ia adalah tempat kembali. Untuk tubuh yang lelah. Untuk jiwa yang letih. Untuk kesadaran akan pentingnya alam. (*)