Inflasi Wajo Terkendali, Namun Sinyal Tekanan Harga Mulai Terlihat
WAJO, Katasulsel.com — Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wajo merilis data terbaru pada 2 Mei 2025 yang mencatat laju inflasi year-on-year (y-on-y) sebesar 2,08 persen pada April 2025, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 108,83. Meskipun angka ini mencerminkan tingkat inflasi yang relatif stabil, tekanan harga dari sisi konsumen mulai menunjukkan kecenderungan naik secara periodik.
Secara month-to-month (m-to-m), tingkat inflasi Wajo pada April 2025 tercatat sebesar 1,06 persen, sedangkan year-to-date (y-to-d) atau kumulatif inflasi sejak Januari hingga April mencapai 2,27 persen. Kenaikan ini bukan hanya mencerminkan gejolak musiman, tetapi juga bisa menjadi sinyal awal tekanan struktural terhadap kelompok kebutuhan pokok masyarakat.
Secara nominal, angka inflasi y-on-y 2,08 persen masih berada dalam batas kendali dan bahkan lebih rendah dibanding rata-rata nasional pada bulan yang sama. Namun demikian, struktur penyumbang inflasi perlu dicermati lebih dalam. Meski tidak dirinci dalam rilis ini, pola serupa di wilayah lain menunjukkan bahwa kelompok bahan makanan, energi rumah tangga, serta jasa transportasi cenderung menjadi pemicu utama fluktuasi harga.
Dalam perspektif ekonomi mikro, tekanan inflasi yang bersumber dari kelompok pengeluaran esensial berpotensi meningkatkan kerentanan rumah tangga dengan pendapatan tetap dan rendah elastisitas belanja. Artinya, ketika harga naik, kemampuan adaptasi konsumsi akan menurun—sebuah fenomena yang dikenal sebagai inflation pass-through effect.
Pegiat kebijakan ekonomi dan analis fiskal, Jamaluddin Muin, menilai bahwa kenaikan inflasi bulanan sebesar 1,06 persen patut menjadi perhatian serius. “Inflasi bulanan yang mendekati satu persen bukanlah hal biasa untuk skala kabupaten. Ini bisa menandakan adanya ketidakseimbangan pada distribusi atau tekanan biaya dari sisi produsen yang mulai ditransfer ke konsumen,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa pemerintah daerah perlu mulai menyusun respons jangka pendek berbasis data spasial ekonomi, termasuk memetakan titik rawan inflasi dan memperkuat koordinasi antarsektor. “Harga-harga naik bukan karena satu sebab, tapi karena faktor saling kait yang jika tidak dikelola, bisa menekan daya beli masyarakat menengah ke bawah,” jelasnya.
Dari sudut pandang kebijakan, data ini memberi sinyal penting bagi pemerintah daerah agar memperkuat pengawasan rantai distribusi, khususnya menjelang musim panen dan hari besar keagamaan. Pemerintah juga diharapkan dapat menjaga koordinasi lintas sektor dalam pengendalian harga, baik melalui operasi pasar, penyediaan cadangan pangan, maupun penguatan konektivitas logistik.
Secara keseluruhan, angka inflasi Kabupaten Wajo masih mencerminkan stabilitas, namun dinamika harga yang muncul pada April memberi catatan penting: harga-harga mulai bergerak naik dengan ritme yang patut dicermati lebih cermat, dan segera ditindaklanjuti.(*)
Editor: Edy Basri / Reporter: Tipoe Sultan