Badik, Lebih dari Sekadar Senjata, Ia Adalah Jiwa Sulawesi Selatan
Dalam ritus ini, dua lelaki menyelesaikan konflik bukan dengan amarah, tapi dengan aturan dan keberanian. Ini bukan pertarungan membabi buta, tapi pengakuan terbuka: siapa yang paling siap menanggung beban harga diri.
Namun kini, di tengah gempuran zaman digital dan budaya instan, badik menghadapi ujian baru. Tak banyak anak muda yang memahami makna mendalam dari sebilah badik.
Padahal, lebih dari sekadar benda tajam, badik adalah cermin masa lalu yang membawa pesan moral masa depan. Tantangan pelestarian bukan hanya soal teknik pembuatan, melainkan juga pemahaman filosofis yang menyertainya.
Meski begitu, harapan tak pernah pupus. Komunitas budaya, kolektor, hingga akademisi terus berupaya menjaga agar badik tetap hidup dalam ingatan dan identitas.
Lewat pameran, pendidikan budaya, hingga dokumentasi digital, badik diajak bicara kembali—agar generasi muda tak melupakan siapa dirinya.
Badik tidak hanya menyayat, ia mengajarkan. Tentang kehormatan yang tak boleh dikompromi. Tentang harga diri yang tak bisa ditawar. Dan tentang sebuah tanah yang hidup dalam denyut sejarah dan baja sebilah pusaka. (*)