banner 640x200

Dua Kota, Dua Arah — Parepare dan Palopo

Area pelabuhan Kota Palopo di malam hari

Pengamat tata kota, Zulfikar Muin, menilai Parepare terlalu lama bermain aman, “Mereka masih pakai peta lama untuk membaca realitas baru. Padahal dunia sudah pakai kompas digital,” ucapnya

Ia menambahkan, status administratif tak lagi relevan jika daerah bisa menciptakan ekosistem pembangunan sendiri. “Palopo membuktikan itu. Yang dibutuhkan bukan gelar, tapi kerja,” katanya.

Stagnasi Parepare bukan karena ketiadaan sumber daya, melainkan ketidakberanian mengambil risiko. “Ketika birokrasi lebih sibuk mengelola masa lalu ketimbang membayangkan masa depan, kota akan tertinggal,” tambahnya.

Kontras antara Parepare dan Palopo bukan hanya soal infrastruktur. Ia adalah cerminan dari governance mindset—cara berpikir para pengambil kebijakan.

Parepare, seperti museum hidup, memelihara romantisme masa lalu. Palopo, seperti laboratorium kecil, bereksperimen dengan masa depan.

Jika keduanya adalah siswa dalam satu kelas pembangunan, Parepare adalah murid pintar yang malas belajar, sementara Palopo adalah siswa biasa yang rajin mencatat dan berani mencoba.

Dan seperti pepatah lama: bukan siapa yang duluan berangkat, tapi siapa yang lebih cepat melaju. (rais/iwan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup
banner 1920x480