Soppeng

Siapa ABM di Soppeng? Nilai Sinergi TNI-Kejaksaan Sudah Tepat

Soppeng, katasulsel.com – Di tengah riuhnya polemik soal penugasan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di institusi Kejaksaan, satu suara berbeda datang dari Soppeng, Sulawesi Selatan. Ahmad Basir Muin, atau yang lebih dikenal dengan inisial ABM, tampil dengan perspektif tak biasa: ilmiah, tenang, dan berakar pada logika kebangsaan.

Mahasiswa Pascasarjana asal Bumi Latemmamala ini menilai bahwa keterlibatan TNI dalam membantu pengamanan di lingkungan kejaksaan adalah kebijakan strategis yang tepat guna, bukan intervensi berlebihan. “Ini bukan hal baru, ini lahir dari Memorandum of Understanding yang sudah berlangsung lama antara TNI dan Kejaksaan,” tegas ABM saat diwawancarai oleh katasulsel.com, Sabtu, 17 Mei 2025.

Narasi berbeda. Perspektif berkelas.

ABM bukan sekadar mahasiswa. Ia adalah anak dari seorang prajurit TNI. Jejak darah militer itu, kata ABM, membentuk cara berpikirnya—analitis, terstruktur, dan berprinsip pada keamanan nasional.

Negara kita sedang menghadapi bentuk ancaman yang tak kasat mata. Ancaman asimetris. Bisa berupa infiltrasi ideologi, bisa juga korupsi sistemik. Dalam situasi seperti ini, sinergi antar-lembaga penegak hukum dan pertahanan adalah langkah yang rasional,” ujarnya.

Menurut ABM, saat ini diperlukan model pendekatan integratif, di mana kekuatan hard power (TNI) bisa menyatu dengan law enforcement (Kejaksaan). Ini bukan bentuk militerisme, melainkan preventive cooperation.

“Jika kita membatasi peran TNI hanya pada aspek tempur, maka kita sedang mengerdilkan kapasitas bangsa sendiri. Apalagi jika sinergi itu berada di bawah payung hukum dan saling menghormati kewenangan,” lanjutnya.

Ia juga menyentil pihak-pihak yang terlalu reaktif. “Jangan semuanya ditafsirkan sebagai ancaman demokrasi. Justru, ketika keamanan dan supremasi hukum saling mendukung, di situlah negara kuat dibangun,” katanya.

Siapa sebenarnya ABM?

Ahmad Basir Muin, lahir di Kabupaten Bone dan besar di Soppeng. Ia menempuh pendidikan tinggi di bidang manajemen dan kini melanjutkan studi pascasarjana. Namun, lebih dari itu, ia juga aktif mengamati isu-isu strategis nasional—khususnya yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan.

Saya tidak hanya bicara sebagai mahasiswa. Saya bicara sebagai anak bangsa. Dan sebagai anak TNI,” tegasnya.

ABM percaya bahwa setiap langkah kebijakan harus dilihat dalam konteks besar: geopolitik, stabilitas nasional, dan psikologi pertahanan masyarakat. “TNI bukan musuh demokrasi. TNI adalah bagian dari pagar bangsa. Jika itu difungsikan secara konstitusional, kenapa harus diributkan?”

Intinya. ABM di Soppeng bukan sekadar nama. Ia adalah representasi dari suara muda, kritis, namun tetap berakar pada konstitusi.

Dia menunjukkan bahwa diskusi kebangsaan bisa dilakukan dengan akal sehat, bukan sekadar nyinyir opini. Dalam wajah ABM, kita menemukan sosok mahasiswa berwawasan, sekaligus anak bangsa yang masih percaya bahwa negeri ini bisa dijaga—bersama. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup
Exit mobile version