Ekonomi Wajo Tumbuh Stabil, Jasa dan Konsumsi Nonprofit Jadi Pendorong Utama
Wajo, Katasulsel.com — Pemerintah Kabupaten Wajo menutup tahun 2024 dengan catatan positif dalam kinerja ekonominya.
Berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik (BPS), besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp25.954,22 miliar, sementara PDRB atas dasar harga konstan 2010 tercatat sebesar Rp14.727,12 miliar.
Pertumbuhan ekonomi tahunan Wajo yang mencapai 4,52 persen merupakan sinyal kuat bahwa daerah ini berada dalam lintasan pemulihan dan penguatan ekonomi yang progresif. Angka ini mencerminkan dinamika aktivitas ekonomi yang inklusif, ditopang oleh berbagai sektor strategis.
Dari sisi produksi, sektor “Jasa Lainnya” menjadi kontributor dengan pertumbuhan tertinggi, yakni 17,38 persen. Kategori ini mencakup berbagai aktivitas berbasis pelayanan masyarakat, termasuk jasa sosial, keagamaan, serta komunitas kreatif yang mulai menggeliat seiring meningkatnya permintaan terhadap layanan personal dan komunal.
Sementara itu, dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 9,17 persen.
Kinerja positif ini menandakan meningkatnya peran organisasi masyarakat, yayasan, dan lembaga sosial dalam menggerakkan ekonomi berbasis komunitas. Kegiatan konsumsi dan pelayanan yang dilakukan oleh lembaga nonprofit memberi kontribusi nyata dalam menjaga keseimbangan daya beli dan distribusi kesejahteraan.
Ekonom, Huser. R, S.E., S.Pd., S.H., M.H, mengungkapkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Wajo tahun 2024 menunjukkan pergeseran yang sehat menuju basis ekonomi yang lebih luas.
“Pertumbuhan jasa lainnya yang tinggi menunjukkan respons adaptif masyarakat terhadap tren layanan modern dan kebutuhan sosial pasca-pandemi. Sementara pertumbuhan konsumsi nonprofit mencerminkan kuatnya struktur sosial dan semangat gotong royong dalam pembangunan daerah,” jelas Huser, Minggu, 18 Mei 2025
Ia juga menilai bahwa capaian PDRB atas dasar harga berlaku yang hampir menyentuh Rp26 triliun merupakan pencapaian signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi di sektor riil berjalan aktif dan memberikan efek pengganda (multiplier effect) terhadap kesejahteraan masyarakat lokal.
Pemerintah daerah diharapkan terus memperkuat sinergi lintas sektor, baik dalam pembangunan infrastruktur ekonomi maupun digitalisasi layanan publik. Hal ini akan memperluas basis pertumbuhan serta meningkatkan kapasitas produktif UMKM dan sektor informal, yang selama ini menjadi fondasi ekonomi masyarakat.(edybasri)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan