Sore Itu Biasa Saja—Hingga Dua Anak di Sidrap Hilang di Sungai, Bupati Turun Tangan
Mereka tahu waktu sangat berharga. Dan air tak menunggu belas kasihan.
Malam makin turun. Tapi warga tetap berdiri di tepi sungai. Beberapa memegang senter. Beberapa lainnya hanya menatap aliran air yang terus bergerak tanpa suara.
Wajah-wajah cemas.
Doa-doa lirih.
Harapan, entah sebesar apa, masih digantungkan pada cahaya kecil dari ujung bambu pencari.
“Semoga keduanya segera ditemukan,” ucap Camat Andi Surya pelan.
Sungai memang tempat bermain yang alami. Tapi ia juga menyimpan arus yang tak bisa diajak kompromi.
Terlebih di musim hujan.
Air naik. Arus cepat.
Dan tak ada tanda peringatan yang bisa dimengerti oleh anak usia dua tahun.
Ini bukan sekadar duka. Tapi juga pengingat. Bahwa pengawasan pada anak, terutama di sekitar air, bukan pilihan—tapi keharusan.
Wala malam itu tidak hanya dingin. Tapi juga sunyi.
Dan semoga, dalam sunyi itu, doa-doa dari warga bisa sampai ke ujung arus.
Menuntun Furqan dan Risky… pulang. (*)
Editor: Edy Basri

📢 Ikuti Katasulsel.com di WhatsApp!
Dapatkan berita terpercaya dan update setiap hari langsung di ponsel Anda.
👉 Klik di sini & tekan Ikuti