Syaharuddin Alrif: “Sudah Waktunya Sidrap Serius Urus Sawah”
Syahar mengajak semua pihak untuk melihat pertanian sebagai sektor utama dan sumber kehidupan masyarakat Sidrap. Menurutnya, pertanian harus benar-benar diproduksi, dieksplorasi, dan dijual. Bukan sekadar rutinitas atau basa-basi.
“Tiga bulan terakhir ini, kita sudah urai satu per satu kendala yang ada: serangan hama, ketersediaan pupuk, distribusi air irigasi, kualitas benih, dan harga gabah. Semua sudah kita tangani secara detail,” ujarnya.
Namun, Syahar juga jujur mengakui masih ada wilayah yang hasil panennya belum optimal. Misalnya di Wanio Tomoreng, sawah tadah hujan hanya menghasilkan 6 ton per hektare.
“Itu masih rendah. Saya ingin lebih,” katanya. “Kalau Toddang Bojo dan Bangkai bisa 8 ton per hektare, kenapa Wanio Tomoreng tidak bisa?”
Menurut Syahar, yang paling penting adalah mengoptimalkan produksi dengan memaksimalkan segala potensi dan fasilitas yang tersedia melalui penerapan agroteknologi dan manajemen sumber daya pertanian yang efektif.
“Ini bukan soal data lama,” lanjutnya, “sebelum saya dilantik, sawah irigasi di Sidrap tercatat sekitar 38 ribu hektare, sawah rawa lebak 1.500 hektare, total 50.227 hektare.”
Namun data itu baginya belum cukup. “Angka-angka itu statis. Tidak hidup kalau tidak diikuti aksi nyata di lapangan.”
Sejak dilantik bersama Wakil Bupati Nurkanaah, Syahar fokus turun ke lapangan, menyisir tiap desa, mengecek langsung kondisi sawah, berinteraksi dengan petani untuk melihat langsung penerapan best practices pertanian.
📢 Ikuti Katasulsel.com di WhatsApp!
Dapatkan berita terpercaya dan update setiap hari langsung di ponsel Anda.
👉 Klik di sini & tekan Ikuti
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan