FEATURE | Petani, Panglima, dan Pj Sekda Barru: Sinergi Sunyi Menjaga Pangan Negeri
Brigjen TNI Wawan Erawan merespons dengan tenang. Lima penekanan strategis yang ia sampaikan mengalir sebagai respons terhadap dinamika tersebut: larangan alih fungsi lahan, percepatan tanam, jaminan harga, penguatan kelembagaan, dan distribusi pupuk yang adil.
Kunjungan kerja itu bukan hanya berhenti di aula. Rombongan meluncur ke Dusun Pao, Desa Lipukasi, Kecamatan Tanete Rilau. Di sana, lahan-lahan yang selama ini tidur perlahan digarap, dirawat, dan disulap menjadi ruang produktif.
Di tengah hamparan padi dan bau tanah yang baru dibalik, Abu Bakar berdiri di antara petani dan TNI. Ia tidak tampak seperti pejabat, melainkan bagian dari komunitas yang ia wakili.
Dan ketika seseorang bertanya kenapa ia begitu peduli, jawabnya sederhana, “Kalau lahan adalah napas, maka petani adalah jantungnya. Kita semua punya tanggung jawab agar keduanya tetap hidup.”
Maka jelaslah, dalam suasana global yang dihantui ancaman krisis pangan, Kabupaten Barru melalui Abu Bakar memilih peran bukan sebagai penonton, tetapi sebagai bagian dari panggung utama. Dalam dirinya, birokrasi bukan mesin administratif.
Ia menjadi organic leadership—kepemimpinan yang tumbuh dari tanah, meresap dalam nadi rakyat, dan bergerak bersama harapan petani.
Sebuah gaya baru dalam tata kelola ketahanan pangan yang bukan hanya mengandalkan perangkat negara, tapi juga kedalaman hati dan kekuatan narasi. (*)
📢 Ikuti Katasulsel.com di WhatsApp!
Dapatkan berita terpercaya dan update setiap hari langsung di ponsel Anda.
👉 Klik di sini & tekan Ikuti
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan