Politik

Golkar Soppeng di Simpang Kekuasaan? Antara Dinasti Kaswadi dan Manuver Suwardi

Katasulsel.com

22 Juni 2025 - 11:55 WITA

Soppeng, Katasulsel.com — Di tengah lengang ruang sidang paripurna DPRD Soppeng, aroma kekuasaan perlahan menyeruak. Bukan karena keputusan besar yang diumumkan. Tapi justru karena absennya suara.

Jumat, 20 Juni 2025. Agenda penting Dewan harus tertunda. Bukan karena badai, bukan pula karena banjir. Tapi karena seluruh Fraksi Golkar mendadak tak hadir. Kursi-kursi kuning yang biasa mendominasi, kosong. Hening.

Publik bertanya-tanya. Apakah ini strategi diam? Atau pembangkangan politik?

Karena yang tertunda bukan sekadar jadwal sidang biasa—melainkan pengesahan perubahan RPJMD, dokumen hidup-matinya arah pembangunan lima tahun ke depan.

Dalam kacamata ilmu politik, kejadian ini bisa dikategorikan sebagai bentuk obstructionism—taktik menahan proses legislasi sebagai bentuk tekanan politik. Tapi siapa menekan siapa?

Jawabannya bisa jadi berada di balik layar partai berlambang beringin itu.

Secara struktur formal, DPD II Partai Golkar Soppeng masih dipimpin oleh Andi Kaswadi Razak, mantan bupati dua periode. Tapi aroma kontestasi di internal partai sudah lama tercium. Dan kini, makin tajam.

Dua nama mulai naik ke permukaan. Andi Muhammad Farid, putra Kaswadi, kini menjabat Ketua DPRD. Sementara Suwardi Haseng, bupati terpilih 2024, perlahan membangun orbit kekuatannya sendiri.

Dalam transisi kekuasaan partai, kondisi ini disebut sebagai ambivalensi dualistik—ketika dua kutub kekuatan internal saling mengklaim legitimasi. Yang satu memegang struktur, yang lain memegang kekuasaan elektoral.

Menariknya, pada Pilkada lalu, Suwardi sempat berada di luar lingkaran restu Golkar. Kaswadi, yang saat itu masih berpengaruh besar, disebut-sebut menolak memberi dukungan. Tapi DPP punya keputusan sendiri. Rekomendasi turun, dan pasangan Suwardi–Selle KS Dalle resmi maju lewat Golkar.

Dan mereka menang.

Bersambung…