Indonesia Siap Hancurkan Ancaman dari Darat

Jakarta, katasulsel.com — Indonesia tidak membangun kekuatan darat untuk pamer. Tapi untuk satu tujuan: mencegah siapa pun yang nekat menginjak tanah ini tanpa izin—karena sekali masuk, tak akan keluar utuh.

Darat adalah urat nadi bangsa. Di sinilah prajurit TNI Angkatan Darat berpijak, menjaga tiang negara dari segala arah—timur yang bergejolak, utara yang panas, selatan yang tenang tapi waspada.

Menurut Global Firepower Index 2024, TNI AD mengelola lebih dari 300.000 personel aktif, dengan lebih dari 1.300 kendaraan lapis baja tempur, 700 tank tempur utama (MBT), dan ribuan artileri, roket, serta sistem pertahanan udara taktis.

Ini bukan angka untuk katalog. Ini daftar penghancur.
Dan mereka siap digunakan.

Lihat ke medan depan: Leopard 2RI, tank tempur utama asal Jerman, disebut sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Indonesia punya lebih dari 40 unit. Berat, cepat, dan mampu menghancurkan target pada jarak lebih dari 4 km. Bahkan medan tropis dan berlumpur tak mampu memperlambatnya.

Di belakangnya, ada tank ringan Harimau (Medium Tank Kaplan)—hasil kerja sama Indonesia dan Turki. Dirakit oleh PT Pindad, Harimau adalah simbol bahwa Indonesia tak lagi hanya membeli senjata, tapi sudah membuat sendiri mesin tempurnya.

“Jangan anggap enteng,” kata Kepala Staf TNI AD dalam pernyataan resminya, “kami sudah siap untuk perang hutan, perang kota, perang gurun, dan perang modern berbasis digital.”

Bukan retorika. Dalam setiap latihan Garuda Shield—latihan militer gabungan Indonesia dan AS—unit elite TNI AD menunjukkan kemampuan mobilisasi, tembakan simultan, dan perang hibrida. Musuh bukan hanya musuh bersenjata, tapi juga gangguan digital, serangan UAV, dan infiltrasi tak kasatmata.

banner 300x600

Indonesia menjawab itu semua.
Artileri Berat seperti CAESAR 155mm buatan Prancis—mampu menghancurkan basis musuh dalam radius 40 km—sudah dikuasai. Begitu juga dengan MLRS Astros II dari Brasil, peluncur roket jarak jauh yang bisa menyapu habis satu batalion dalam hitungan menit.

TNI AD juga tak bergerak sendiri. Di belakangnya berdiri PT Pindad, PT Dahana, dan industri strategis BUMN lainnya yang terus menyuplai amunisi, kendaraan tempur, hingga pelontar roket multikaliber. Semuanya buatan lokal. Semuanya siap perang.

Sistem komando tempur pun sudah digital. Komunikasi tak lagi manual. Semua terkoneksi dalam jaringan komando cepat—terhubung langsung dari medan operasi ke pusat kendali Mabes TNI.

Di Papua, Kalimantan, hingga garis pantai di Natuna—unit darat sudah disebar, bukan hanya sebagai penjaga, tapi juga pemburu. Intelijen darat kita kini berbasis multi-platform—gabungan drone taktis, pasukan intai berkualifikasi Raider, dan komando elite seperti Kopassus dan Kostrad.

Dan jika diperlukan, Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) bisa bergerak dalam waktu kurang dari 6 jam, siap diturunkan di titik mana pun di wilayah NKRI.

Indonesia tidak lagi hanya defensif.
Indonesia sekarang siap menyergap sebelum diserang.

Sumber data: Kementerian Pertahanan RI, TNI AD, PT Pindad, Global Firepower 2024, Jane’s Land Warfare Platforms, Litbang Kemhan RI

Siapa pun yang berniat menginjak tanah ini dengan niat jahat, akan menghadapi lebih dari sekadar tentara.
Mereka akan menghadapi negeri yang telah menyatu dengan senjatanya.

(*)
Editor: Edy Basri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup