Potret Talenta Desa Asal Pinrang yang Menggebrak Olimpiade Sains Nasional

Pinrang, Katasulsel.com — Sebuah kisah indah terbit dari tanah Lembang, Kabupaten Pinrang. Seorang siswa sekolah dasar dari pelosok—yang namanya mungkin tak pernah terlintas di benak banyak orang—tiba-tiba muncul di podium nasional.

Membawa medali perak, membawa nama kampungnya, membawa keyakinan bahwa talenta dari desa bisa berdiri sejajar, bahkan mengungguli mereka yang lahir dan tumbuh besar di kota.

Namanya Saiful Nizam. Murid kelas VI di SDN 303 Lembang. Ia baru saja menorehkan prestasi di Olimpiade Sains Indonesia (OSI) tingkat nasional 2025 untuk bidang Matematika.

Tak sendiri, Saiful melangkah bersama tiga finalis lainnya dari wilayah Lembang. Empat wajah muda dari dusun yang mungkin sebelumnya hanya dikenal lewat ladang, kabut, dan dingin pagi. Kini dikenal karena kecemerlangan berpikir.

Yang membuat cerita ini berbeda bukan hanya soal prestasi akademik. Tetapi tentang bagaimana sistem lokal—yang sering kali diremehkan—ternyata mampu menghasilkan bintang. Tidak ada bimbingan eksklusif dari lembaga ternama.

Tidak ada les privat mahal dengan guru dari kota. Yang ada hanya semangat kolektif dari para guru, perhatian dari orang tua, dan sentuhan penuh keyakinan dari para pemangku kebijakan pendidikan daerah.

Kadisdikbud Pinrang, Andi Matjtja, yang turut mendampingi proses sejak seleksi hingga pelatihan, tak bisa menyembunyikan kebanggaannya. Ia menyebut kemenangan ini sebagai momentum. Sebuah titik balik.

Bahwa jika pendidikan desa dirawat dengan serius, jika anak-anak diberi kesempatan, maka mereka tidak kalah. Bahkan bisa jauh lebih siap.

banner 300x600

Fenomena Saiful adalah antitesis dari narasi lama: bahwa prestasi tinggi hanya milik anak kota, yang dekat dengan akses informasi dan fasilitas canggih. Lembang membantah semua itu. Dan SDN 303 menjadi contoh nyata.

Mereka membuktikan, dengan dedikasi, konsistensi, dan pendampingan yang berkelanjutan, bahkan sebuah sekolah di pinggiran pun mampu menjebol batas-batas imajinasi lama.

Kini, cerita ini tak boleh berakhir di medali. Ini harus menjadi awal. Awal dari sebuah gerakan kolektif yang menjadikan sains bukan sekadar lomba, tapi bagian dari budaya berpikir.

Dari ruang-ruang kelas yang hidup, dari eksperimen kecil di lab sederhana, hingga klub-klub diskusi yang memupuk nalar kritis sejak dini. Dan di sinilah pemerintah daerah ditantang untuk menjawab: berani atau tidak mengarusutamakan kecerdasan anak Pinrang sebagai investasi strategis masa depan.

Saiful sudah membuktikan. Bahwa dari balik bayang-bayang sawah, dari tengah kabut subuh di Lembang, bisa lahir pelita kecil yang sinarnya sampai ke Jakarta. Bukan hanya mengharumkan nama sekolahnya.

Tapi mengubah wajah Pinrang. Mengingatkan kita semua: jangan pernah remehkan anak desa. Karena bisa jadi, dari sanalah lahir penemu masa depan.(*)

Editor: Ilwan Sugianto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup