Katasulsel.com

Portal berita terpercaya yang mengulas Indonesia dari jantung Sulawesi Selatan. Aktual, tajam, dan penuh makna.

Jakarta

Munas X HKTI Jadi Momentum Persatuan, Camelia Panduwinata Lubis Tegaskan Komitmen Petani

Jakarta, Katasulsel.com – Di tengah upaya merajut kembali tenun persatuan di tubuh Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), satu nama tampil menonjol di panggung rekonsiliasi: Camelia Panduwinata Lubis.

Bertempat di Hotel Aston Simatupang, Jakarta Selatan, 24–26 Juni 2026, Munas ke-X dan Rapimnas HKTI menjadi titik balik yang monumental. Di sana, Camelia—dalam kapasitasnya sebagai Wakil Bendahara Umum HKTI—tak hanya menyampaikan pidato. Ia memimpin nada, menyuarakan hati petani, sekaligus mendorong dua arus besar kepengurusan HKTI untuk kembali bersatu demi satu tujuan bersama: kesejahteraan petani dan kemandirian pangan nasional.

“Kita harus kembali ke sawah. Tapi dengan pikiran baru, semangat baru, dan teknologi baru,” tegas Camelia, di hadapan ratusan peserta dari seluruh Indonesia. “Ini bukan lagi soal siapa yang menang. Ini tentang bagaimana HKTI menjadi rumah besar semua petani. Ini adalah momentum kebangkitan.”

Camelia dengan lugas menyampaikan bahwa kepemimpinan HKTI ke depan harus adaptif terhadap tantangan global—mulai dari perubahan iklim, krisis air, fluktuasi harga pangan, hingga disrupsi teknologi. Menurutnya, rekonsiliasi ini bukan hanya simbol damai, melainkan fondasi untuk membangun kembali strategi pertanian nasional berbasis smart farming, precision agriculture, dan regenerative food systems.

Ia menyinggung langsung peluang yang kini terbuka luas di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang akan datang. “Pemerintah pusat memberi sinyal kuat. Pertanian akan jadi sektor prioritas. HKTI harus siap, tidak hanya sebagai pendamping petani, tapi mitra strategis negara dalam mencapai food resilience,” tegas Camelia.

Perempuan berdarah Sumatra itu juga menekankan pentingnya mendorong revolusi data pertanian, penguatan koperasi tani berbasis inclusive agribusiness, serta pembinaan petani milenial. Baginya, sektor pertanian bukan hanya tentang masa lalu dan tradisi. Tapi juga masa depan dan inovasi.

“Petani Indonesia harus disiapkan untuk menjadi pelaku ekonomi modern, bukan sekadar penerima program. Kita harus bicara digital extension services, blockchain untuk rantai pasok, hingga biofortifikasi untuk nutrisi generasi berikutnya,” tambahnya dengan nada optimis.

Pidatonya disambut hangat. Bukan hanya karena substansi, tapi karena keberanian menyatukan dua kepengurusan yang selama ini berjalan paralel: kubu Jenderal (Purn) Moeldoko dan kubu Fadli Zon. Camelia menjadi jembatan, bukan hanya secara politik, tapi juga secara moral.

“Rekonsiliasi ini adalah langkah historis. Tapi langkah selanjutnya lebih penting: kerja nyata di lapangan. Kita harus hadir di ladang, di lumbung, di pasar—bukan hanya di forum,” tutupnya.

Munas ke-X dan Rapimnas HKTI ini menjadi awal baru. Tapi juga pertanda bahwa organisasi ini punya wajah baru—wajah yang lebih terbuka, visioner, dan siap menghadapi era transformasi pertanian. Dan di garis depan perubahan itu, Camelia Panduwinata Lubis berdiri dengan keyakinan penuh: pertanian bukan sektor lemah, tapi pilar utama bangsa.(*)

Editor: Tipue Sultan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup
Exit mobile version