Katasulsel.com

Portal berita terpercaya yang mengulas Indonesia dari jantung Sulawesi Selatan. Aktual, tajam, dan penuh makna.

HEADLINE

Mafia Tambang Main Kotor, Jurnalis Dijadikan Umpan

Manado, katasulsel.com — Arogansi mafia tambang di Sulawesi Utara makin menjadi.

Kali ini, cara licik mereka mencuat ke permukaan setelah seorang jurnalis dikabarkan dijebak saat melakukan peliputan di lokasi tambang ilegal.

Insiden tersebut menuai reaksi keras dari pegiat antikorupsi dan pemerhati isu lingkungan, Semmy Watti.

Menurut Semmy, praktik jebakan ini bukan hanya tindakan intimidatif terhadap insan pers, tetapi juga bagian dari pola sistematis untuk membungkam suara-suara kritis yang mengganggu bisnis tambang ilegal atau pertambangan tanpa izin (PETI).

“Jurnalis dijadikan umpan untuk membentuk opini seolah mereka pelanggar, padahal mereka sedang bekerja. Ini bukti bahwa mafia tambang di Sulut tak hanya merusak alam, tapi juga tatanan demokrasi,” tegas Semmy dalam keterangannya, Rabu (25/6).

Insiden tersebut terjadi di tengah sorotan terhadap maraknya aktivitas tambang ilegal di sejumlah wilayah Sulut.

Bahkan dalam sebulan terakhir, laporan kekerasan terhadap warga dan pekerja tambang legal meningkat, termasuk penganiayaan di lokasi PETI Popayato Barat yang sempat viral.
“Modus mereka makin rapi. Pakai alat berat, berlindung di balik oknum, dan sekarang memancing wartawan untuk dijebak. Ini harus dihentikan,” ujarnya.

Semmy mendorong Gubernur Sulut dan Kapolda segera mengambil langkah konkret. Ia mengingatkan, keberadaan tambang ilegal tak hanya melanggar hukum, tapi juga menimbulkan kerusakan lingkungan jangka panjang.

“Kalau tidak segera ditertibkan, citra pemerintah akan tercoreng. Rakyat butuh bukti, bukan janji. Kita minta Gubernur dan Kapolda bersinergi dalam operasi besar penertiban PETI,” kata dia.

Selain penindakan terhadap tambang ilegal, Semmy juga menekankan pentingnya perlindungan terhadap jurnalis.

Ia menilai insiden ini harus menjadi pintu masuk bagi aparat untuk mengevaluasi sejauh mana mafia tambang berani menekan ruang kerja media.

“Kebebasan pers itu bagian dari pilar demokrasi. Kalau wartawan bisa dijebak dan diancam, lalu siapa lagi yang bisa mengawasi mereka yang bermain di balik tambang ilegal?” tukasnya.

Semmy menyebut penertiban tambang ilegal harus menyasar otak-otak yang berada di balik layar, bukan hanya para pekerja lapangan.

“Siapa pemilik alat berat? Siapa yang lindungi? Siapa yang biayai operasi? Jangan berhenti di permukaan. Buka semuanya, tangkap pemain besar. Kalau tidak, kejadian seperti ini akan terus berulang,” tegasnya.

Peristiwa ini memperlihatkan wajah kelam industri tambang ilegal di Indonesia, yang bukan hanya mengeruk hasil bumi secara sewenang-wenang, tetapi juga mulai menyasar para pembawa cahaya: jurnalis.

Pemerintah daerah dan aparat penegak hukum dituntut lebih dari sekadar hadir — mereka dituntut untuk bertindak.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup
Exit mobile version