Agus Joko Susilo, Petani Alpukat Seharga Emas Bakal Sambangi Sidrap
Sidrap, Katasulsel.com – Dari kebun kecil di Kediri, Jawa Timur, jejak kaki Agus Joko Susilo kini menuju Sulawesi Selatan. Tepatnya, ke Kabupaten Sidrap. Tanggalnya sudah ditetapkan: 6 Juli 2025.
Bukan kunjungan biasa. Agus diundang khusus oleh komunitas “Sulsel Berkebun” dalam rangka Milad komunitas yang tengah naik daun. Komunitas ini menjadi pelopor gerakan bertani modern di Sulawesi Selatan, dengan semangat literasi pertanian yang membumi—dan membangkitkan.
Nama Agus Joko bukan nama baru bagi mereka yang mengikuti geliat hortikultura nasional.
Ia dikenal sebagai pionir alpukat Kelud—varietas unggulan dengan ukuran jumbo, rasa premium, dan nilai jual fantastis. Alpukat ini tidak dijual per kilogram seperti umumnya, melainkan per buah. Harganya? Bisa tembus Rp100 ribu. Bahkan dari pohon dalam pot.
Namun bukan itu yang membuat Agus istimewa. Yang membuat orang kagum adalah kisah di balik panennya.
Ia bukan sarjana pertanian. Bukan anak pejabat. Ia adalah jebolan STM listrik, yang pernah hidup dalam kondisi serba sulit. Begitu sulitnya, hingga anaknya tidur memakai helm. Bukan mainan. Tapi pelindung dari genteng bocor yang bisa jatuh sewaktu-waktu.
Ia memulai dari nol. Berkeliling kampung. Menawarkan jasa stek dan sambung pucuk. Dari pohon ke pohon. Dari halaman ke halaman.
Kini, kebun kecilnya di Desa Jambu, Kediri Kidul, berubah menjadi laboratorium hidup. Tempat belajar yang ramai dikunjungi petani muda, mahasiswa, bahkan para investor pertanian. Kampus seperti Politeknik Wilmar Medan hingga Universitas Ciputra Surabaya mengirimkan mahasiswanya ke sana.
Tapi bukan hanya ilmu yang mereka cari. Mereka datang untuk menyerap semangat.
Dalam wawancara, Senin 30 Juni 2025, Agus mengungkapkan bahwa ia tidak akan datang ke Sidrap dengan tangan kosong.
“Saya akan membawa antara 20 hingga 30 varietas bibit alpukat unggulan, termasuk Kelud, Aligator, dan lainnya,” ujarnya.
Itulah yang akan ia bagikan: bukan hanya tanaman, tapi masa depan. Bibit-bibit itu bukan sekadar buah. Tapi juga gagasan. Tentang bagaimana sebuah pohon bisa menyekolahkan anak. Tentang halaman rumah yang bisa mencetak cuan. Tentang kebun yang bisa mengubah nasib.
Agus juga akan membawakan materi tentang bertani yang berorientasi pasar. “Kita harus berpikir market sejak awal. Berkebun itu bukan sekadar hobi, harus jadi jalan hidup,” tegasnya.
Ia menyebut konsep ini sebagai bagian dari gerakan Mendadak Kaya, program pemberdayaan masyarakat berbasis tanaman potensi tinggi.
“Satu pohon bisa berbuah puluhan. Kalau dijual per buah, bukan per kilo, nilainya bisa besar. Kalau lima pohon ditanam di pekarangan, bisa jadi mesin penghasilan,” jelasnya.
Komunitas “Sulsel Berkebun” sendiri menyebut kehadiran Agus Joko di Sidrap sebagai momentum penting. Di tengah perubahan iklim, tren konsumsi, dan dinamika pasar, diperlukan pola pikir baru dalam bertani.
Sidrap, sebagai lumbung pangan Sulsel, adalah tempat yang strategis untuk mengawali revolusi sunyi ini.
Agus Joko tidak hanya datang membawa alpukat. Ia membawa harapan. Tentang petani yang bisa naik kelas. Tentang desa yang bisa jadi pusat inovasi. Tentang Indonesia yang tidak akan kehabisan masa depan, selama petaninya diberi ruang, diberi ilmu, dan diberi panggung.
(*)
Edy Basri
📢 Ikuti Katasulsel.com di WhatsApp!
Dapatkan berita terpercaya dan update setiap hari langsung di ponsel Anda.
👉 Klik di sini & tekan Ikuti
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan