Katasulsel.com

Portal berita terpercaya yang mengulas Indonesia dari jantung Sulawesi Selatan. Aktual, tajam, dan penuh makna.

HEADLINE

Dua Bulan Setelah Pemakaman, Guru di Soppeng Itu Kembali ke Meja Penyidikan

Ilustrasi tempat pemakaman

Ia sudah dikuburkan. Tapi tanda tanya di tubuhnya belum ikut terkubur. Maka liang itu dibuka lagi.

Oleh: Edy Basri


DIA ATAS tanah yang belum lama ditabur doa, satu gundukan kembali dibuka.
Pagi itu, sunyi terasa lebih pekat dari biasanya. Seolah tanah pun menyimpan rahasia yang terlalu berat untuk disembunyikan lebih lama.

Namanya Jusnawati. Seorang guru di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Seorang ibu.

Dua bulan lalu, ia ditemukan meninggal dunia di rumahnya sendiri, di Lingkungan Lawo, Kelurahan Ompo, Kecamatan Lalabata.

Malam Kamis, 24 April 2025, putranya Imran datang berkunjung. Tapi yang ia temukan bukan sambutan hangat seorang ibu—melainkan tubuh ibunya yang terbujur kaku di kamar pribadi.

Tak ada suara, hanya tanda-tanda. Memar di kelopak mata kanan. Lecet di pipi. Lebam di telinga. Luka di pundak, di siku, di punggung. Tubuh Jusnawati bicara melalui luka.

Tapi belum cukup jelas untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Polisi mencatatnya, membawa jenazah ke RSUD Latemmamala. Namun waktu itu, pihak keluarga belum siap mengizinkan autopsi.

Mungkin syok. Mungkin bingung. Mungkin berharap semua ini hanya takdir biasa.

Namun waktu mengubah banyak hal. Kesadaran mulai tumbuh. Ada keganjilan yang tak bisa diabaikan begitu saja.

Setelah dua bulan, keluarga resmi melapor ke Polres Soppeng. Maka langkah hukum pun dijalankan.

Selasa, 1 Juli 2025. Jenazah Jusnawati kembali diangkat dari peristirahatan terakhirnya.

Proses ini disebut ekshumasipenggalian ulang makam untuk keperluan penyidikan. Tim dari Dokpol Biddokkes Polda Sulsel turun langsung ke lokasi, didampingi aparat dari Polres Soppeng.

Di sinilah harapan akan kebenaran kembali dinyalakan.

Kasat Reskrim Polres Soppeng, AKP Dodie Ramaputra, menjelaskan bahwa tindakan ini dilakukan untuk memastikan penyebab pasti kematian korban.

Hasil autopsi akan menjadi dasar utama dalam proses penyelidikan lebih lanjut.

Tapi ini bukan hasil yang keluar dalam sehari dua. Autopsi, apalagi disertai analisa laboratorium, membutuhkan waktu.

Bersambung ….

Bisa beberapa minggu. Bisa pula berbulan, tergantung kompleksitas kasus dan beban kerja tim forensik.

Namun yang jelas, ini bukan lagi tentang prosedur. Ini tentang ikhtiar terakhir.

Memberi keadilan bagi mereka yang telah pergi dalam diam. Karena tidak semua luka bisa sembuh dengan waktu. Dan tidak semua kematian bisa ditutup rapat dengan tanah.

Kini, Soppeng menanti. Bukan sekadar hasil laboratorium. Tapi juga jawaban. Tentang apa yang sebenarnya terjadi pada seorang guru yang telah kembali ke tanah… namun belum benar-benar pergi dari ruang tanya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup
Exit mobile version