11 Perusahaan Pestisida Nasional Ramaikan Milad ke7 Sulsel Berkebun di Sidrap

Sidrap, katasulsel.com — Tiga hari jelang puncak Milad ke-7 Komunitas Sulsel Berkebun, hawa di Baranti, Sidrap, mulai terasa berbeda.

Lahan-lahan disisir. Spanduk dinaikkan. Gerobak logistik berdatangan. Di antara itu, 11 perusahaan pestisida nasional siap hadir di acara spektakuler itu.

Pembina Sulsel Berkebun, Zulkifli Zain menyampaikan, belasan perusahaan pestisida tersebut masing-masing akan menyiapkan produk terbaiknya.

Ada yang menampilkan pestisida organik berbasis mikroba, ada pula yang memperkenalkan teknologi pengendalian hama terbaru.

Lokasi acara sudah ditata apik di tenda-tenda partisipan, menyatu dalam suasana edukatif, seperti kampus terbuka di halaman villa pribadi Zulkifli Zain.

Acara tersebut nantinya, sebut Zulkifli lagi, tanpa protokoler yang kaku, tanpa simbol politik, Milad ini menjelma menjadi ruang dialog yang jujur antara petani, produsen, dan aktivis pangan. Komunitas Sulsel Berkebun tak hanya menyambut mereka sebagai sponsor, tapi sebagai mitra perubahan.

Pada kesempatan lain, Ketua komunitas, Ibrahim Tally, menyebut kehadiran 11 perusahaan tersebut sebagai bentuk nyata dukungan sektor swasta terhadap perjuangan swasembada pangan dari bawah.

“Kita ingin tunjukkan bahwa gerakan penghijauan dan kedaulatan pangan bisa dimulai dari komunitas, tapi dampaknya bisa nasional,” katanya.

banner 300x600

Di acara itu nanti, tambahnya, akan hadir Agus Joko Susilo, pakar lengkeng dan alpukat dari Kediri, Jawa Timur.

Agus kata Ibrahim, akan memandu pelatihan langsung kepada peserta. Membahas soal tanah, teknik tanam, dan bagaimana menjaga hasil panen tetap bernilai ekonomis.

Dengan tema “Berjuang Bersama Menghijaukan Bumi Menuju Swasembada Pangan”, Sulsel Berkebun menyiapkan panggung bukan untuk hiburan, tapi untuk masa depan. Sebuah perayaan kecil yang digerakkan dengan niat besar. Di mana kerja komunitas bertemu komitmen perusahaan.

Hanya tiga hari lagi menuju hari puncak. Tapi gelombang hijau itu sudah lebih dulu bergerak. Dari tanah, dari tenda, dari tekad yang sama: bahwa pohon-pohon yang ditanam ini bukan hanya untuk dilihat—tapi untuk diwariskan.

(edy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup