Agus JS Tiba di Sidrap, Langsung Hantam Nasu Palekko di Cafe Reza
Oleh: Edy Basri
Pagi buta, 07.12 WITA, Agus Joko Susilo meninggalkan daratan Jawa.
Bandara Internasional Juanda, Surabaya, jadi titik lepas landasnya. Ia terbang melintasi awan, membawa ilmu, niat, dan segenggam cinta untuk pohon buah.
Sejaman kemudian, ia mendarat mulus di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar.
Tapi. Ia tak langsung ke Sidrap. Ia memilih singgah dulu. Menyerap suasana kota. Menikmati aroma laut dan lalu lintas yang padat. Dan tentu saja—menikmati Coto Makassar.
Coto bukan sekadar kuliner bagi Agus. Ia menyebutnya sebagai ritual pembuka energi di tanah bugis Makassar.
Disendoknya perlahan, sambil senyum lebar di unggahan media sosialnya. Caption-nya: “Dari Coto ke Kebun. Sulsel, saya datang.”
Sore ini, Agus telah tiba di Sidrap. Dijemput bukan oleh sembarang orang.
Ia disambut hangat oleh Idham Mase—anggota DPRD Sidrap, yang juga owner Cafe Reza, salah satu tempat nongkrong terkenal di kota penghasil beras ini.
Tak lama mereka duduk, berdiskusi ringan. Tentang kopi. Tentang pertanian. Tentang masa depan. Tentang bagaimana kelengkeng bisa tumbuh subur di tanah Sidenreng.
Diluar diskusi, Agus mengaku sangat doyan menyatam makanan khas Kota Sidrap, nasu palekko itik di Cafe Reza.
Agus datang sebagai pakar kelengkeng dan alpukat dari Kediri, Jawa Timur. Tapi kedatangannya bukan untuk bicara ilmiah yang kaku. Ia datang untuk berbagi. Untuk membumikan ilmu.
Besok, 6 Juli 2025, ia akan tampil di Silaturahmi Akbar Komunitas Sulsel Berkebun, yang digelar di Villa H. Pilli di Baranti, Sidrap.
Tak hanya memberikan materi di sesi diskusi panel bersama Dr. Ir. H. Lutfi Halide, Agus juga akan langsung memandu praktek okulasi, sambung pucuk, hingga sambung samping. Materi mahal yang biasanya hanya ada di pelatihan eksklusif.
Komunitas ini bukan komunitas biasa. Di dalamnya ada bupati, anggota DPRD, mantan kepala daerah, juga pengusaha dan petani murni. Mereka datang bukan untuk pamer kekuasaan, tapi untuk belajar dari akar.
Agus datang tepat waktu. Seperti musim yang tahu kapan harus hujan.
Karena di Sidrap, ilmu bukan hanya ditanam. Tapi juga dipanen bersama.
Dari Juanda, ke Coto, ke Kebun—perjalanan Agus hari ini adalah awal dari panen gagasan besok. Its Ok. Welcome to Sidrap ya Mas Agus. Semoga betah dan menyenangkan, janga lupa besok wawancaranya ya, hee… (*)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan