Polisi Gerebek Judi Sabung Ayam di Pangkep, Pelaku Kabur Masuk Hutan
PANGKEP, Katasulsel.com — Dentuman tembakan peringatan memecah sunyi pagi di Desa Mandalle, Kabupaten Pangkep. Suara yang tidak hanya menggetarkan tanah, tapi juga membuat para pelaku judi sabung ayam lari tunggang langgang, menyelinap masuk ke hutan yang seketika menjadi benteng pelarian.
Penggerebekan yang dilakukan aparat kepolisian itu bukan operasi sembarangan. Sudah lama aktivitas judi sabung ayam di lokasi itu meresahkan warga. Sebuah arena kecil, dibangun setengah permanen di balik semak-semak, menjadi titik gelap tempat uang, nasib, dan nyawa ayam dipertaruhkan.
Saat polisi datang, suasana berubah liar. Kocar-kacir. Para pelaku meninggalkan segalanya: uang taruhan, sarung yang belum sempat dililit, bahkan sepatu. Yang mereka bawa hanya naluri bertahan dan rasa takut pada hukum.
Tidak ada satu pun pelaku yang berhasil diamankan. Tapi sembilan ekor ayam sabung yang tersisa menjadi saksi bisu—tentang bagaimana manusia bermain-main di wilayah abu-abu hukum. Sementara itu, arena yang semula jadi pusat keramaian ilegal kini rata dengan tanah. Dibakar oleh aparat sebagai pesan keras: tak akan dibiarkan terulang.
Namun persoalannya tidak sesederhana membubarkan. Judi sabung ayam bukan sekadar permainan adrenalin. Ia menyatu dalam jaring-jaring sosial—jadi tontonan, jadi penghasilan, jadi hiburan kelas bawah yang sulit diberantas hanya dengan razia sesaat.
Tantangan aparat bukan sekadar membubarkan arena dan menangkap pelaku, tapi juga mengurai akar ekonomi, budaya, dan sosial yang membuat praktik ini terus hidup.
Hari itu, hukum memang sempat kalah cepat dari langkah kaki pelarian. Tapi keadilan tidak pernah berhenti mengejar. Dan suara ayam bukan lagi panggilan duel, melainkan peringatan bahwa negara tetap hadir—meski pelan, tapi pasti.(*)
Editor: Tipoe Sultan
