Nurkanaah Sampai Panggil Plt Kadis Gegara Bantuan DAK Pendidikan Sidrap Seret
Ucapan itu bukan tanpa dasar. Ia mengungkit masa kepemimpinannya di Dinas Pendidikan Sidrap. Saat itu, DAK yang digelontorkan pusat mengalir deras. Kuncinya: data.
“Data itu bisa bicara. Bisa meyakinkan pusat. Sekolah-sekolah kita rusak, tapi kalau datanya tidak ada, siapa yang percaya?” ujarnya, bernada prihatin.
Di forum pendidik itu, Nurkanaah seolah sedang membunyikan alarm. Tentang pentingnya akurasi. Tentang pentingnya sensitivitas birokrasi. Dan tentang urgensi kehadiran negara di ruang-ruang kelas yang nyaris runtuh.
Ia pun memuji Bupati Sidrap, Syaharuddin Alrif, yang menurutnya sangat concern mengejar dukungan pusat. Tapi lagi-lagi, usaha itu terhambat oleh kelemahan mendasar: dokumentasi kerusakan fisik sekolah yang tak tersusun rapi.
“Kalau datanya tak bicara, ya pemerintah pusat tak bisa berbuat banyak. Dan kita? Terlambat bergerak,” ucapnya.
Temu Pendidik Nusantara XII kali ini, rupanya tidak hanya tentang motivasi dan inspirasi. Tapi juga otokritik. Sebuah pengakuan bahwa birokrasi pendidikan tak boleh hanya jadi pengisi anggaran, tapi harus jadi penggerak perbaikan. Dengan satu senjata utama: data yang hidup. (*)
Editor: Edy Basri
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan