Katasulsel.com

Portal berita terpercaya yang mengulas Indonesia dari jantung Sulawesi Selatan. Aktual, tajam, dan penuh makna.

Konawe

IAI Rawa Aopa dan The Local Enablers Luncurkan Gagasan Kurikulum Inovatif Berbasis Design Thinking

KONAWE SELATAN, Katasulsel.com — Dalam lanskap pendidikan tinggi yang kian dinamis, Institut Agama Islam (IAI) Rawa Aopa, Kabupaten Konawe Selatan, tampil berani dengan menggagas transformasi kurikulum melalui pendekatan Design Thinking—sebuah metodologi progresif yang menempatkan empati, kreativitas, dan solusi sebagai poros utama proses pembelajaran.

Forum Group Discussion (FGD) yang digelar secara daring pada Senin, 14 Juli 2025, mempertemukan para pemikir pendidikan dan inovator sosial dari The Local Enablers (TLE) dengan jajaran akademik IAI Rawa Aopa. FGD ini bukan sekadar forum tukar pikiran, melainkan langkah awal menyusun fondasi kurikulum yang mengakomodasi tantangan zaman digital dan kebutuhan nyata masyarakat.

“Ini bukan sekadar inovasi kurikulum, ini adalah revolusi paradigma,” tegas Dr. Ismail Suardi Wekke, dosen dan penggerak akademik di IAI Rawa Aopa. “Design Thinking mengajarkan mahasiswa untuk tidak hanya tahu apa yang harus dipikirkan, tetapi bagaimana cara berpikir: dengan empati, ketajaman analisis, dan keberanian mengambil langkah solutif.”

Meredefinisi Pembelajaran: Dari Teori ke Dampak Nyata

Diskusi yang berlangsung melalui platform Zoom ini mengeksplorasi penerapan prinsip Design Thinking dalam konteks lokal. Lima tahapan utama—empathize, define, ideate, prototype, dan test—dibahas secara mendalam untuk diramu menjadi struktur kurikulum yang tidak hanya relevan, tetapi juga membumi di tengah masyarakat 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).

Menurut tim TLE, kurikulum berbasis Design Thinking sangat potensial untuk mencetak generasi lulusan yang bukan hanya kompeten secara akademis, tetapi juga tangguh secara sosial. “Dengan pendekatan ini, mahasiswa belajar melalui tantangan nyata, membangun solusi untuk komunitasnya sendiri. Ini bentuk pendidikan yang menyentuh akar persoalan,” ungkap salah satu fasilitator TLE.

Peta Jalan Implementasi dan Harapan Besar

Dari FGD ini, lahir sejumlah kesepakatan strategis: mulai dari pelatihan intensif bagi para dosen, penyusunan modul ajar berbasis Design Thinking, hingga integrasi metodologi ini dalam proyek akhir mahasiswa. Sebagai langkah awal, penerapan pilot project dijadwalkan mulai semester depan di beberapa program studi pilihan.

“Kami ingin membuktikan bahwa pendidikan di daerah seperti Konawe Selatan pun bisa menjadi pelopor inovasi kurikulum. Ini bukan hanya tentang adaptasi, tapi kepemimpinan intelektual dari pinggiran,” imbuh Dr. Ismail, menyuarakan semangat transformasi.

Kolaborasi antara IAI Rawa Aopa dan The Local Enablers ini diharapkan menjadi preseden positif dan model replikasi bagi institusi lain yang ingin menyatukan pendidikan dengan realitas sosial yang sedang berubah cepat.

Sebagaimana ditegaskan dalam diskusi, keberhasilan implementasi Design Thinking tidak hanya akan diukur dari aspek akademik, tetapi sejauh mana mahasiswa dapat hadir sebagai pemecah masalah di tengah masyarakat—dengan cara berpikir yang inklusif, kreatif, dan berdampak.(*)

Editor: Edy Basri / Reporter: Tipoe S

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup
Exit mobile version