π’ Katasulsel di WhatsApp
Update berita harian langsung di HP Anda
π Klik & Ikuti
WAJO, Katasulsel.com β Langit Sengkang cerah ketika langkah-langkah para pemimpin dari dua kabupaten bersua di satu titik: Ballroom Hotel Sallo, Selasa, 15 Juli 2025. Namun yang lebih cerah dari cuaca adalah semangat di dalam ruangan. Bupati Wajo, H. Andi Rosman, S.Sos., M.M., menerima langsung kedatangan Bupati Kutai Kartanegara, dr. Aulia Rahman Basri, M.Kes., dalam kunjungan kerja yang sarat simbol, sejarah, dan arah baru kerja sama lintas daerah.
Bukan pertemuan basa-basi. Bukan sekadar jamuan protokoler. Ini adalah momen strategis yang membuka peluang konkret antara dua wilayah yang sesungguhnya sudah lama terhubung, bahkan sebelum istilah βkerja sama daerahβ menjadi tren dalam administrasi modern.
Andi Rosman bicara tidak dengan teks panjang, tapi dengan hati yang kuat menyimpan sejarah. Ia menyebut, Wajo dan Kutai Kartanegara ibarat dua simpul yang ditaut oleh jejak panjang leluhur. Salah satunya: Sultan Aji Muhammad Idris, tokoh besar Kutai yang kini disemayamkan di tanah Wajo. βIni bukan hanya soal masa lalu. Ini tentang tanggung jawab kita menjaga kehormatan sejarah itu dengan menjadikannya jembatan menuju masa depan,β tegasnya.
Dalam narasi Bupati Wajo, sejarah bukan alasan untuk romantisme. Tapi pijakan untuk mencipta hal-hal besar ke depan. Ia menyebut peluang pertanian, perdagangan, hingga budaya. Wajo, katanya, memiliki lebih dari 10 ribu hektare lahan produktif yang siap menjadi tulang punggung ekspor pangan ke wilayah seperti Kutai Kartanegara.
Aulia Rahman tak menampik. Dengan terbuka, ia memuji kemampuan dan pengalaman Wajo dalam mengelola sektor pertanian. βKami belajar banyak hari ini. Wajo bisa jadi referensi kuat bagi Kukar untuk pengembangan pertanian berkelanjutan,β ucapnya.
Namun yang membuat pertemuan ini istimewa bukan hanya karena dua bupati hadir. Tapi karena Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke XXI, H. Adji Muhammad Arifin, M.Si., juga datang bersama permaisuri. Sebuah kehadiran simbolik yang menguatkan dimensi budaya dan diplomasi antarwilayah. Hadir pula unsur Forkopimda, Ketua DPRD, pimpinan OPD, dan tokoh-tokoh adat dari dua kabupaten.
Dari awal hingga akhir, Pemkab Wajo menunjukkan kualitas sebagai tuan rumah: elegan dalam penyambutan, strategis dalam pemikiran, terbuka dalam niat bekerja sama. Semua dibalut dengan sentuhan budaya lokal: Tari Padduppa, lagu kebangsaan, sejarah yang dibacakan, hingga dialog yang hangat namun penuh substansi.
Kegiatan ditutup dengan penyerahan cenderamata dan ramah tamah. Namun sejatinya, penutupan itu adalah pembuka. Pembuka untuk babak baru hubungan dua daerah yang kini mulai menulis ulang relasinya β bukan hanya sebagai pewaris sejarah, tetapi sebagai aktor pembangunan kawasan yang visioner dan saling menopang.
Dalam pertemuan itu, Pemkab Wajo mencatatkan dirinya bukan hanya sebagai penjaga masa lalu, tapi juga arsitek masa depan. Dan itulah diplomasi daerah yang sejati. Sunyi dari retorika, tapi nyaring dalam kerja nyata.(*)
Editor: Tipue S / Reporter: Marsose Gala
Tidak ada komentar