Kepadatan rendah seharusnya menjadi alarm untuk desain kebijakan publik yang adaptif—memanfaatkan teknologi, menguatkan peran pemerintah desa, dan memperluas kemitraan lokal. Tanpa pendekatan berbasis wilayah, pembangunan akan terus gagal menjangkau mereka yang paling membutuhkan.
Pada sisi lain, jumlah penduduk usia produktif yang mendominasi komposisi demografi membuka peluang emas. Tapi bonus demografi tak akan berarti bila pendidikan, pelatihan kerja, dan lapangan kerja hanya tersedia di wilayah terbatas. Penduduk muda di desa-desa tidak cukup hanya dijanjikan masa depan. Mereka perlu dilibatkan hari ini, lewat investasi di sumber daya manusia dan ekonomi lokal.
Buton Utara bukan hanya angka dalam tabel statistik. Ia adalah wajah Indonesia pinggiran yang menuntut kebijakan inklusif, bukan hanya pembangunan fisik, tapi keberpihakan nyata. Kepadatan rendah bukan alasan untuk abai. Justru di sanalah letak ujian utama: bagaimana negara hadir dengan adil, bahkan ketika warganya tersebar jauh di pelosok tanah sendiri.(*)
Editor: Edy Basri
Tidak ada komentar