Soppeng Kembangkan Desa Wisata Lewat Program Agrowisata Kopi Mahasiswa Unhas

Katasulsel.com
1 Agu 2025 16:08
Soppeng 0 99
2 menit membaca

Soppeng, katasulsel.com — Di lereng sejuk Desa Mattabulu, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, aroma kopi tak lagi sekadar pekat dan pahit. Ia kini bertransformasi menjadi simbol harapan baru: ekonomi hijau yang tumbuh dari akar desa. Kamis, 31 Juli 2025, menjadi saksi lahirnya babak baru pemberdayaan desa berbasis wisata pertanian, di bawah tajuk agrowisata kopi.

Adalah Tim Sipatokkong, delegasi muda dari Unit Kegiatan Mahasiswa Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (UKM KPI) Universitas Hasanuddin (Unhas), yang datang bukan sebagai tamu, melainkan sebagai katalis perubahan. Mereka membawa satu hal yang kerap dilupakan dalam setiap program pengabdian—sinergi.

Berbekal semangat Sipatokkong Ri MinasaE, mereka tak hanya menanam bibit kopi, tetapi juga menanam gagasan: bahwa desa bisa menjadi pusat wisata berbasis lingkungan yang berkelanjutan, jika disentuh dengan pendekatan partisipatif.

“Kegiatan ini bukan semata-mata praktik lapangan mahasiswa,” ujar Nurul Dwi Peratiwi, Ketua Umum UKM KPI Unhas. “Ini tentang membangun kapasitas bersama—antara kampus, pemerintah desa, BUMDes, dan tentu saja, petani lokal.”

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Namun esensinya jauh melampaui administratif program. Di balik aktivitas teknis—menanam, menyemprot, membersihkan gulma—terselip mimpi jangka panjang: membentuk ekosistem agrowisata yang inklusif dan hijau.

Ketua Tim, Andi Alif Raihan Analta, memetakan kembali makna agrowisata dari sekadar kunjungan ke kebun menjadi proses edukatif dan partisipatif. “Masyarakat tak hanya menjual kopi. Mereka menjual pengalaman—dari tanam hingga seduh. Dan di situlah nilai tambahnya.”

Dukungan konkret pun datang dari BUMDes Mattabulu dan pemerintah desa, berupa 100 bibit kopi, alat semprot rumput, serta pestisida untuk mengendalikan gulma. Tapi lebih dari sekadar bantuan logistik, kehadiran warga dan aparat desa dalam kegiatan ini menunjukkan satu hal: kepercayaan terhadap inisiatif anak muda.

Mattabulu tak lagi sekadar hamparan kebun. Ia mulai dirancang menjadi narasi desa wisata dengan pendekatan ekonomi hijau—konsep pembangunan yang berorientasi lingkungan namun tak melupakan pertumbuhan pendapatan warga.

Raihan menegaskan, “Kami ingin menjadikan kopi sebagai jalan menuju kemandirian desa. Bukan hanya dari hasil panen, tapi juga dari wisata yang edukatif, dari branding desa, dari keterlibatan masyarakat sebagai aktor utama.”

Di tengah gempuran wisata artifisial dan industrialisasi pariwisata yang kerap menggerus jati diri desa, inisiatif seperti ini menghadirkan tawaran berbeda: desentralisasi destinasi. Desa tidak dipaksa menjadi Bali, melainkan dikuatkan sebagai dirinya sendiri.

Di Mattabulu, kopi bukan sekadar komoditas. Ia adalah cerita. Tentang bagaimana desa bisa bangkit, dengan akarnya sendiri, dengan cita rasanya sendiri, dan—yang paling penting—dengan masa depannya sendiri. (*)

Editor: Harianto

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Media Portal Berita Berbadan Hukum

PT WEPRO DIGITAL INDONESIA
Kemenkum HAM RI
No. AHU-0190238.AH.01.11,

Nomor Induk Berusaha: 0809240015028,
Rekening Perusahaan No: 120-003-000013438-6 (Bank Sulselbar)

Jl. Ganggawa No. 149 Tellu Limpoe, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Phone: +62 823 4898 1986

Email:
katasulsel@mail.com (Redaksi)
katasulsel@mail.com ( Marketing )
katasulsel@mail.com ( Kerjasama )

x
x
x Gabung WhatsApp