Para petugas tampak mengenakan seragam lapangan dan membawa perlengkapan medis portabel. Mereka akan berlayar, turun ke kampung-kampung, masuk ke rumah-rumah warga, dan membangun komunikasi langsung dengan masyarakat yang selama ini terpinggirkan oleh jarak dan waktu.
Di balik wajah-wajah semangat itu, tersembunyi tantangan besar: medan berat, cuaca tak menentu, dan keterbatasan infrastruktur. Namun mereka tahu, tugas ini bukan sekadar profesi. Ini adalah panggilan kemanusiaan.
Gubernur juga memastikan bahwa program PKB ini bukan program sekali jalan. Pengiriman akan dilakukan secara bertahap, menjangkau seluruh pelosok — dari dataran tinggi Luwu, pesisir Bone, hingga gugusan pulau kecil di perbatasan laut Flores. Provinsi Sulawesi Selatan tidak lagi ingin bicara soal “pusat dan pinggiran”. Semua harus satu dalam pelayanan.
Di tengah geliat pembangunan infrastruktur jalan dan konektivitas digital, kehadiran PKB menambah lapis keadilan sosial yang nyata. Program ini menjadi bukti bahwa pemerintah tidak sekadar membangun kota, tetapi juga hadir di kampung.
Dan ketika rombongan kendaraan medis mulai bergerak perlahan meninggalkan rumah jabatan, satu hal menjadi jelas: pelayanan publik tak boleh menunggu rakyat datang. Rakyatlah yang harus didatangi. Sebab kesehatan bukan sekadar hak, tapi juga kehormatan negara dalam memperlakukan warganya.
Editor: Tipue Sultan
Tidak ada komentar