Soppeng, katasulsel.com — Ketegangan menyelimuti wajah para peternak ayam petelur di Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Di tengah deru kipas kandang dan bau khas pakan, mereka menghadapi kenyataan pahit: biaya produksi melonjak, hasil penjualan tak mampu menutup ongkos.
Kenaikan harga pakan menjadi pukulan telak. Dari semula Rp18 juta per bulan untuk 1.000 ekor ayam, kini merangkak menjadi Rp22 juta. Lonjakan sekitar 22 persen ini dipicu minimnya pasokan jagung — komponen utama pakan unggas — akibat musim kemarau panjang yang memangkas produksi di sentra-sentra pertanian.
“Jagung itu nyawa pakan kami. Kalau pasokannya seret, semua ikut mahal,” keluh salah satu peternak, Minggu (10/8/2025).
Jagung menyumbang hampir separuh komposisi pakan ayam. Setiap kali harganya bergejolak, beban langsung berpindah ke pundak peternak. Kondisi ini berpotensi memicu kenaikan harga telur di pasaran, mengingat peternak sulit menanggung selisih harga produksi dalam waktu lama.
Data Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) menunjukkan, tekanan biaya pakan membuat margin keuntungan peternak rakyat semakin tipis. Sebagian bahkan terpaksa mengurangi jumlah ternak untuk menekan kerugian.
Pemerintah sebenarnya telah menetapkan harga acuan ayam hidup untuk melindungi peternak. Namun, kebijakan tersebut tak sepenuhnya menyentuh akar persoalan, yakni kestabilan pasokan bahan baku pakan.
Kementerian Pertanian bersama Bulog disebut tengah merancang langkah stabilisasi pasokan jagung, termasuk opsi impor terbatas. “Intervensi ini diperlukan segera, sebab jika peternak kolaps, suplai telur nasional juga terancam,” ujar seorang pejabat daerah yang enggan disebut namanya.
Pengamat agribisnis dari Universitas Hasanuddin menilai, solusi jangka pendek adalah memastikan distribusi jagung merata dan tepat sasaran. Sementara jangka panjang, pemerintah perlu mendorong diversifikasi bahan pakan dengan memanfaatkan potensi lokal seperti bungkil kedelai atau sumber protein alternatif. (*)
Editor: Darwis Lenggang
Tidak ada komentar