Penulis: Achmad Sugiyanto/Jakarta
Ya, jika rapat di gedung ber-AC, isinya orang penting, biasanya bahas APBN, dan kadang keluar tanpa keputusan jelas.
Namun, rapat di halaman rumah, tentu cuma pakai kursi plastik, bahasnya paling soal arisan.
Tapi, yang ini, justru selalu selesai dengan keputusan bulat: siapa yang dapat uang bulan ini.
Sabtu sore kemarin, RT 011/01 menggelar rapat model kedua. Singkong rebus hadir sebagai notulen. Teh manis jadi moderator.
Dan ketua RT, Pak Ardi, membuka sidang.
Ia bacakan laporan keuangan. Singkat, jelas, tanpa istilah “defisit” atau “utang luar negeri”.
Lalu kilas balik kerja bakti Minggu lalu.
Lalu… masuk ke agenda besar: 17 Agustus.
Bendera akan dikibarkan. Lomba akan digelar. Dan anak-anak Karang Taruna akan jadi panitia.
Perwakilan mereka maju.
Menyebut balap karung, tarik tambang, pentas seni.
Saya tunggu mereka menyebut “debat calon presiden” tapi ternyata tidak ada.
Mungkin karena di RT ini, semua warganya sudah sepakat: kemerdekaan dirayakan dengan tawa, bukan saling sindir.
Puncak acara: undian arisan.
Nama yang keluar: Ade, Dedy Chandra, dan Dadang.
Tiga orang ini langsung berstatus “paling beruntung” se-RT… setidaknya sampai bulan depan.
Senja turun. Obrolan belum habis.
Di kota yang sering lupa apa artinya bersama, RT 011/01 mengingatkan:
Ternyata yang paling kita butuhkan bukan wacana besar… tapi kursi plastik, penganan sederhana, dan sedikit rasa saling peduli. (*)
Tidak ada komentar