Enrekang, Katasulsel.com – Aktivis asal Enrekang, Misbah Juang, menolak tegas pernyataan Komandan Kodim (Dandim) 1407/Bone, Letkol Inf Laode Muhammad Idrus, yang menyebut adanya keterlibatan warga Enrekang dalam kericuhan aksi demonstrasi menolak kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Bone, Sulawesi Selatan, Selasa (20/8/2025).
Menurut Misbah, tuduhan itu tidak hanya keliru, tetapi juga berpotensi menimbulkan stigma negatif antarwilayah. Ia menilai ucapan seorang pejabat militer seharusnya lebih berhati-hati, apalagi menyangkut identitas daerah tertentu.
“Pernyataan beliau seolah membangun narasi bahwa masyarakat luar daerah menjadi biang kerusuhan. Padahal, substansi tuntutan aksi jelas menyangkut kebijakan PBB-P2 yang dinilai memberatkan rakyat,” kata Misbah Juang kepada wartawan, Rabu (20/8/2025).
Misbah menegaskan, setelah dilakukan penelusuran, warga Enrekang yang ikut dalam aksi tersebut hanya satu orang, itupun telah lama berdomisili dan bekerja di Bone. Karena itu, menurutnya, klaim Dandim yang menyebut “orang Enrekang sengaja datang membuat Bone kacau” sama sekali tidak berdasar.
“Sebagai pemuda Massenrempulu, saya mengutuk keras pernyataan tersebut. Ucapan itu tidak etis, bahkan bisa mengadu domba masyarakat antarwilayah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Misbah juga menyinggung dugaan tindakan represif aparat terhadap jurnalis saat peliputan unjuk rasa yang sama. Ia menyebut, sejumlah laporan menyatakan jurnalis CNN Indonesia mendapat perlakuan kekerasan, mulai dari dicekik, diseret, hingga peralatan kerja dirampas.
“Kami menunggu sikap kesatria dari Dandim untuk juga mengusut tindakan anggotanya yang diduga melanggar hukum dan kode etik TNI. Publik masih menanti keberanian beliau menegakkan keadilan, bukan sekadar menyalahkan pihak lain,” tegasnya.
Bagi Misbah, aksi penolakan kenaikan PBB-P2 murni lahir dari keresahan masyarakat Bone, bukan karena provokasi pihak luar. Ia berharap aparat dapat menempatkan diri sebagai pengayom, bukan justru memperkeruh suasana dengan pernyataan yang menimbulkan ketegangan baru.(*)
Editor: T. Sultan, Reporter: M. Basir
Tidak ada komentar