Harga yang ditawarkan jauh di bawah pasar: Rp57.500 untuk 5 kilogram beras SPHP, Rp19.000 per kilogram gula, dan Rp19.000 per liter minyak goreng.
Di luar sana, harga bisa melonjak 15–20 persen lebih tinggi. “Selisih ini yang menyelamatkan daya beli masyarakat,” jelas Syaharuddin.
Lebih dari sekadar menekan inflasi, Syaharuddin memosisikan operasi pangan murah ini sebagai bagian dari strategi ketahanan pangan daerah.
“Dengan harga stabil, daya beli terjaga. Artinya, Sidrap lebih tangguh menghadapi tekanan ekonomi, baik global maupun domestik,” ujarnya.
Ia paham betul, inflasi tidak hanya soal angka di tabel statistik, tapi denyut nyata di pasar, di dapur, dan di pengeluaran harian. Karena itu, titik distribusi akan terus diperluas: kantor camat, pasar tradisional, kantor polsek, hingga ruang-ruang publik lain. Targetnya jelas: 600 ton hingga Desember.
Bupati yang dikenal vokal ini tak sekadar mengumumkan kebijakan. Ia hadir langsung, berjalan di lorong-lorong antrean, menyalami ibu-ibu, menegur pedagang, dan memastikan barang yang dijual benar-benar sampai ke tangan masyarakat.
Di situlah citranya makin terbangun—seorang kepala daerah yang menjadikan stabilitas pangan bukan hanya jargon, melainkan kerja nyata yang bisa diukur dengan ton, rupiah, dan senyum warga yang pulang dengan belanjaan penuh. (*)
Editor: Edy Basri
Tidak ada komentar