Makassar, katasulsel.com – Setelah hiruk-pikuk demonstrasi di Jakarta dan sejumlah kota besar Indonesia yang menyisakan coretan, pecahan, dan luka sosial, sebuah kabar baik justru datang dari bagian timur Indonesia. Di Kota Makassar, Sabtu pagi, 6 September 2025, ribuan pengemudi ojek online memilih jalan berbeda: bukan turun ke jalan dengan teriakan, melainkan dengan kuas dan cat di tangan.
Mereka yang tergabung dalam Jaringan Ojol Sulsel (JOSS) memulai aksi sosial membersihkan coretan pilox dan vandalisme di sepanjang Jl. Pettarani hingga area Flyover Makassar. Di kota yang dikenal sebagai “Kota Daeng” ini, ojol memberi pesan sederhana: perbedaan bisa dijawab dengan damai, dan luka sosial bisa dirawat dengan kepedulian.
Aksi itu dipimpin langsung oleh Ketua Umum Relawan Ojol Sulsel, Jumail, yang sejak awal menekankan bahwa ini bukan sekadar soal cat menutup coretan. “Kami ingin kota ini tetap indah, nyaman, dan damai. Ini cara kami menunjukkan bahwa ojol bukan hanya bekerja untuk diri sendiri, tapi juga peduli pada ruang hidup bersama,” katanya.
Dari berbagai komunitas ojol hadir pula para ketua dan pengurus lintas platform: Ahmadtjan (Ketua GMC Grab Makassar), Buya (Ketua Grab Makassar, Gowa, Maros), Hendrik (Ketua Maxim Makassar), Asri Gompo (Ketua Gojek SDGM Makassar), hingga Mila (Ketua Relawan Grab Gowa). Semua membawa energi yang sama: merawat kota lewat tindakan nyata.
Langkah kecil itu sesungguhnya menegaskan pesan besar. Bahwa Makassar hari ini ingin tampil sebagai contoh: bukan kota yang meninggalkan jejak amarah, melainkan kota yang mengobati luka sosial dengan solidaritas.
Kegiatan yang dikomandoi langsung oleh JOSS ini mengambil titik kumpul di depan Kantor PU Pettarani, sebuah kawasan sibuk yang jadi simpul strategis pergerakan warga. Dengan cat warna putih menutup pilox, dengan tangan-tangan yang tak kenal lelah, wajah kota perlahan dipulihkan.
Aksi damai ini juga mendapat dukungan pengamanan dari kepolisian daerah (Polda) Sulsel, memastikan kegiatan berlangsung tertib. Tidak ada benturan, tidak ada teriakan. Yang terdengar hanya suara sapuan kuas, diselingi tawa kecil para driver yang bergotong-royong.
Di tengah suasana pasca-demonstrasi yang masih menyisakan trauma di sejumlah wilayah, apa yang dilakukan ojol Makassar memberi cermin berbeda. Mereka memilih jalan sunyi tapi berdaya: merawat kota, menjaga ketenangan, membangun kebersamaan.
Dari Makassar, sebuah pesan dikirimkan ke seluruh negeri: Indonesia tidak hanya bisa dilihat dari ributnya demo di ibu kota, tapi juga dari tenangnya kepedulian di daerah. Dan ojol Makassar, lewat aksi sederhana ini, memperlihatkan bahwa jalan menuju Indonesia damai bisa dimulai dari satu kota, dari satu kuas, dari satu niat tulus.
Tidak ada komentar