Melaka, kilatutama.com – Dunia pendidikan tinggi kembali menunjukkan perannya sebagai jembatan diplomasi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Panrita Husada Bulukumba bekerja sama dengan Universiti Teknikal Malaysia Melaka (UTeM) menyelenggarakan International Symposium on Health and Environment (ISHE) 2025 pada 4–5 September di Hotel Seri Malaysia.
Simposium ini, yang kini memasuki tahun ketiga, dirancang bukan semata sebagai forum pertukaran hasil riset, melainkan ruang interaksi antarbangsa untuk mencari solusi atas isu global di bidang kesehatan dan lingkungan. Dari ruang seminar di Melaka, para akademisi dari Indonesia dan Malaysia membuktikan bahwa pengetahuan bisa melintasi batas negara dan menghadirkan kerja sama yang berkelanjutan.
Ketua STIKES Panrita Husada, Dr. Muriati Mursali, menyebut ISHE sebagai upaya strategis untuk mendorong civitas akademika agar berani melangkah ke panggung internasional. “Kami ingin agar penelitian mahasiswa maupun dosen tidak hanya berhenti di rak perpustakaan, tetapi memberi kontribusi nyata bagi masyarakat global,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Panrita Husada, Andi Idris Aman, menekankan bahwa hasil penelitian yang dipaparkan dalam simposium seharusnya menjadi bahan kebijakan maupun inovasi lapangan. Menurutnya, pertemuan ilmiah tidak boleh berhenti pada tataran wacana. “Ilmu harus menjadi energi perubahan. Itulah harapan kami dari forum seperti ISHE,” katanya.
Konsistensi penyelenggaraan ISHE menjadi catatan tersendiri. Dimulai di Makassar dan Bulukumba pada 2023, berlanjut ke Jepang tahun lalu, dan kini hadir di Malaysia, forum ini perlahan tumbuh menjadi agenda regional yang mempertemukan banyak pemikiran. Ismail Suardi Wekke, anggota komite saintifik ISHE, menilai keberlangsungan acara ini sebagai bukti bahwa kolaborasi lintas perguruan tinggi di Asia Tenggara makin menguat. “Ada peluang besar untuk memperluas jejaring hingga ke Vietnam atau Filipina pada tahun mendatang,” ujarnya.
Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, penyakit menular baru, hingga krisis lingkungan, ISHE hadir sebagai ruang refleksi sekaligus laboratorium gagasan. Dari simposium ini, Indonesia dan Malaysia tidak hanya memperbincangkan riset, tetapi juga mengartikulasikan komitmen bersama: menjadikan ilmu pengetahuan sebagai alat membangun peradaban yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Tidak ada komentar