Soal alsintan, Sekda mengakui kondisinya sudah tidak lagi produktif. Biaya perawatan lebih besar daripada pendapatan, sehingga Bupati menyarankan agar komponen ini dihapus dari sumber PAD. Rasionalisasi semacam itu menjadi keniscayaan ketika aset justru membebani.
Meski hingga Agustus realisasi PAD masih di bawah 60 persen, Davied tetap optimistis. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ia meyakini triwulan IV akan menjadi momentum akselerasi. Pajak bumi dan bangunan lazimnya baru melonjak pada periode itu. Target memang terasa berat, tapi pengalaman tahun lalu yang mampu menembus 98 persen masih menjadi pegangan.
Di balik hitung-hitungan angka, PAD Maros kini berada di persimpangan antara kehilangan Rp10 miliar karena kebijakan pusat dan semangat mengejar celah pertumbuhan dari sektor lain. Pertanyaannya, apakah optimisme fiskal ini mampu menjaga Maros tetap stabil hingga tutup tahun? Waktu yang akan memberi jawabannya.(*)
Editor: Tipue Sultan
Tidak ada komentar