Senin, 15 Sep 2025
Tonton KAT TV

Legitimasi Hilang, Kekuasaan Runtuh: Apa Pelajaran untuk Indonesia?

Katasulsel.com
15 Sep 2025 12:02
Opini 0 38
2 menit membaca

Rakyat Nepal menolak negara yang kehilangan kepercayaan mereka. Indonesia wajib belajar sebelum sejarah menulis bab pahit yang sama.

Oleh: Edy Basri

Asap tebal mengepul dari gedung-gedung pemerintah di Kathmandu. Jalanan dipenuhi kerumunan yang berteriak, memukuli simbol-simbol kekuasaan yang selama ini seakan tak tersentuh.

Kantor polisi hangus, senjata aparat dijarah, dan bendera negara berkibar di antara reruntuhan. Di tengah kekacauan itu, terdengar satu pesan jelas: negara yang kehilangan kepercayaan rakyatnya adalah negara yang sudah mati.

Saya membayangkan wajah-wajah rakyat Nepal—lelaki tua, perempuan muda, anak-anak yang menatap dengan mata penuh ketakutan sekaligus keberanian.

Mereka bukan sekadar memberontak; mereka menuntut akuntabilitas, menolak tipu daya janji politik, menolak sistem yang selama ini mengkhianati mereka.

Fenomena ini bisa dijelaskan melalui teori legitimacy crisis dan social movement theory, di mana rakyat bangkit ketika institusi negara gagal memenuhi fungsi dasarnya.

Selama bertahun-tahun, Nepal tenggelam dalam politik dinasti dan corruption networks. Pendidikan, kesehatan, dan keamanan—kebutuhan dasar manusia—diabaikan. Rakyat kehilangan kesabaran.

Ketika reformasi dari atas tidak datang, mereka menciptakan reformasi dari bawah, dengan cara yang radikal.

Indonesia, negeri kita tercinta, berada di jalur yang berbeda, tetapi cermin Nepal sangat dekat.

Kita telah melihat skandal korupsi yang merongrong kepercayaan publik, ketimpangan pembangunan yang kerap menimbulkan rasa frustrasi, dan birokrasi yang lamban merespons kebutuhan rakyat.

Jika legitimasi terus terkikis, jika kepercayaan rakyat menguap, bukan tidak mungkin sejarah Nepal bisa menjadi bayangan menakutkan bagi Indonesia.

Namun, kita masih punya kesempatan. Indonesia bisa belajar tanpa harus jatuh ke jurang kehancuran.

Melalui transparansi, partisipasi publik, dan penguatan lembaga demokrasi, legitimasi negara bisa dijaga. Kita belajar bahwa kekuatan moral dan sosial jauh lebih menentukan kelangsungan negara dibanding sekadar hukum formal atau kekuatan militer.

Ketika asap dan reruntuhan Nepal menyingkapkan kehancuran yang lahir dari ketidakadilan, Indonesia harus menatap masa depan dengan serius.

Negara bukan sekadar aparat dan gedung tinggi, ia adalah kepercayaan rakyat. Legitimasi, moralitas, dan akuntabilitas bukan jargon politik; mereka adalah nyawa sebuah bangsa.

Nepal memberi pelajaran yang pahit namun nyata: negara bisa runtuh dari dalam. Indonesia, mari kita belajar dari keruntuhan itu—sekarang, sebelum sejarah menulis bab yang menakutkan.

Mari menjaga negeri ini dengan hati dan integritas, agar rakyat tetap percaya, agar negara tetap hidup. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Media Portal Berita Berbadan Hukum

PT WEPRO DIGITAL INDONESIA
Kemenkum HAM RI
No. AHU-0190238.AH.01.11,

Nomor Induk Berusaha: 0809240015028,
Rekening Perusahaan No: 120-003-000013438-6 (Bank Sulselbar)

Jl. Ganggawa No. 149 Tellu Limpoe, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Phone: +62 823 4898 1986

Email:
katasulsel@mail.com (Redaksi)
katasulsel@mail.com ( Marketing )
katasulsel@mail.com ( Kerjasama )