Anak-anak ini bermain tanpa pamrih. Bukan karena kontrak, sponsor, atau bonus. Mereka main karena cinta bola. Bisa lari dari pagi sampai malam, hanya untuk mengejar bola bundar itu.
Saya jadi teringat Diego Maradona kecil di Villa Fiorito, Argentina. Bermain dengan bola plastik di jalanan sempit, tapi penuh semangat. Begitu pula Lionel Messi, yang sejak kecil tak pernah berhenti membawa bola di kakinya. Siapa tahu, dari Polewali Sidrap akan lahir satu nama besar.
Ketua Panitia Makassar, MUH. Syarif Lili, selaku operator Regional Sulsel Menpora Apsumsi, mengucapkan terima kasih kepada Pemda Sidrap dan Pemdes Polewali Teteaji. Ia juga berjanji, tahun depan turnamen ini bisa digulirkan lagi di Sidrap, terkhusus di Lapangan M. Djunaid Hamzah.
Sebenarnya, turnamen ini dijadwalkan di Makassar, tapi panitia Makassar merespon Lapangan M. Djunaid Hamzah yang fasilitasnya luar biasa, ditambah Bupati yang sangat merespon Piala Menpora Apsumsi III.
Junior Pesat, alhamdulillah, selain meraih Piala PSM CUP Menpora, berbagai turnamen lain pun selalu mereka taklukkan. Rejeki selalu juara.
Akhir pekan lalu, Polewali bukan sekadar desa. Ia jadi panggung. Anak-anak kecil itu menjadi bintang. Sepak bola sekali lagi menunjukkan keajaibannya: mempersatukan orang, memberi harapan, dan melahirkan cerita.
Siapa sangka, turnamen 20–22 September 2025 ini di lapangan desa bisa melahirkan memori sebesar itu?
Bola memang kecil. Tapi bola pula yang membuat Sidrap terasa besar. (*)
Tidak ada komentar