Glory Lamria dan Hotel Rp375 Juta per Malam: Publik Pertanyakan Transparansi Penyambutan Prabowo
New York, Katasulsel.com — Nama Glory Lamria Aritonang, mahasiswa Indonesia di Columbia University, mendadak mencuat ke ruang publik setelah tampil dalam barisan diaspora yang menyambut Presiden Prabowo Subianto di New York. Namun, sorotan publik justru berbalik arah ketika muncul dugaan bahwa perannya dalam wawancara dengan media istana bukanlah spontanitas, melainkan hasil pengaturan.
Isu itu pertama kali ramai setelah akun X @barengwarga mengunggah klaim bahwa wawancara diaspora dengan media istana diatur sedemikian rupa sehingga hanya narasumber tertentu yang bisa muncul. “Menurut beberapa kawan diaspora dan jurnalis diaspora yang kami hubungi, wawancara itu sudah di-set. Tidak bisa pilih narasumber lain,” tulis akun tersebut.
Kontroversi kian melebar ketika beredar kabar bahwa Glory memperoleh fasilitas mewah berupa kamar gratis di Hotel AMAN New York—lokasi yang sama dengan tempat menginap rombongan presiden. Tarif kamar hotel bintang lima tersebut disebut mencapai Rp90 juta hingga Rp375 juta per malam. Sebuah unggahan Glory di media sosial yang memperlihatkan dirinya sedang berenang di kolam hotel mempertebal spekulasi bahwa ia menikmati fasilitas elite yang sama dengan rombongan resmi.
Dugaan itu memicu reaksi publik yang terbelah. Sebagian menilai Glory hanyalah mahasiswa diaspora berprestasi yang ikut larut dalam euforia penyambutan. Namun tak sedikit pula yang mempertanyakan transparansi, khususnya terkait kemungkinan penggunaan fasilitas negara. “Biasanya pejabat ada batasan biaya perjalanan dinas. Kalau tarif hotel segitu, apa bisa tercover? Jangan-jangan nanti narasinya ‘uang pribadi bapak’,” tulis salah seorang warganet.
Hingga kini, pihak istana belum memberikan klarifikasi resmi, sementara Glory sendiri juga memilih bungkam. Namun perdebatan yang mengiringi namanya menunjukkan satu hal: setiap detail dalam perjalanan resmi kepala negara, sekecil apapun, tetap menjadi perhatian publik—terutama jika menyangkut akomodasi mewah dan potensi penggunaan dana negara.
Di balik kontroversinya, Glory sejatinya bukan sosok biasa. Ia dikenal sebagai mahasiswa diaspora berprestasi di salah satu universitas bergengsi dunia. Namun, sorotan publik kali ini lebih banyak diarahkan pada posisinya di pusaran narasi politik dan citra kepresidenan di mata masyarakat. (*)
Editor: Tipue Sultan
Pos Terkait
Trending Post
Tidak ada komentar