Kapolres Parepare AKBP Indra Waspada Yuda Ia tahu, ketegasan hukum tak harus menakutkan.
Dan pelayanan publik tak harus penuh basa-basi.
“Kalau bisa cepat, kenapa harus berbelit?” katanya suatu pagi, sambil menepuk pundak seorang petugas yang sedang membantu warga memperpanjang SIM.
Kehidupan Indra di kepolisian bukan perjalanan datar.
Ia pernah menjadi Kapolsek di Pelabuhan Pomako, Mimika — salah satu titik tersibuk di Papua.
Lalu ke Sorong. Lalu ke Makassar, menangani kasus narkoba.
Kemudian ke Sidrap, lalu Yogyakarta, menangani kasus korupsi.
Lulusan Akpol 2006, menyelesaikan Sespimmen tahun 2022, dan meraih S2 Hukum di Universitas Muslim Indonesia Makassar.
Di dinding kantornya, tergantung tanda kehormatan: Satyalancana Ksatria Bhayangkara dan Satyalancana Pengabdian 16 Tahun.
Tapi yang paling berharga bagi dia bukan piagam.
Melainkan rasa hormat anak buahnya.
“Beliau tidak pernah marah keras,” kata seorang anggota. “Tapi kalau beliau diam lama, itu lebih menegangkan.”
Mereka tahu, di balik ketenangan itu ada ketegasan yang tak bisa ditawar.
Ia tak suka rapat panjang.
Ia lebih suka turun langsung.
Kadang pagi, kadang malam.
Yang penting, semua berjalan sesuai jalur.
Indra menyebut pendekatannya intelligence-led policing — penegakan hukum berbasis data, analisis, dan pemahaman akar masalah.
Tidak semua kasus harus diburu cepat; yang penting, ditangani tuntas.
“Kecepatan itu penting,” ujarnya. “Tapi ketepatan jauh lebih penting.”
Kini Parepare perlahan berubah.
Kota pelabuhan itu terasa lebih tenang. Tapi bukan karena takut.
Karena ada kepastian bahwa hukum berjalan. Bahwa pelayanan hadir.
Bahwa polisi bekerja tanpa banyak kata.
Bersambung…
Pos Terkait
Trending Post
Tidak ada komentar